Kemendikbudristek dan Dharma Wanita Persatuan Bersinergi Dukung Kesehatan Gizi dan Jiwa Remaja Indonesia

Kemendikbudristek dan Dharma Wanita Persatuan Bersinergi Dukung Kesehatan Gizi dan Jiwa Remaja Indonesia

Jakarta, 13 Juni 2024, WK – Kementerian Pendidikan, Kebudayaan, Riset, dan Teknologi (Kemendikbudristek) berkolaborasi dengan Dharma Wanita Persatuan (DWP) Pusat dan Dharma Wanita Persatuan (DWP) Kemendikbudristek menyelenggarakan Gelar Wicara Gerakan Sekolah Sehat (GSS) 2024. Gelar wicara yang berlangsung di Jakarta, Kamis (13/6) ini mengangkat tema “Melalui Gerakan Sekolah Sehat Kita Wujudkan Generasi Emas Indonesia Yang Sehat, Kuat, Cerdas, dan Berkarakter.”

Kegiatan ini bertujuan untuk memberikan informasi kepada peserta kegiatan tentang pentingnya konsumsi Tablet Tambah Darah bagi remaja putri, pentingnya menjaga kesehatan jiwa remaja, dan mendorong akselerasi implementasi Gerakan Sekolah Sehat di satuan pendidikan. 

Direktur Jenderal Pendidikan Anak Usia Dini, Pendidikan Dasar, dan Pendidikan Menengah (Dirjen PAUD Dikdasmen), Iwan Syahril, menekankan bahwa dalam meningkatkan kualitas pendidikan, sangat penting untuk memastikan pemenuhan gizi yang seimbang dan memberikan perhatian yang cukup terhadap kesehatan jiwa para peserta didik.

“Melalui kesempatan ini, saya berharap kita semua dapat lebih memahami pentingnya kesehatan jiwa dan gizi dalam pendidikan, guna memastikan bahwa anak-anak kita mendapatkan dukungan yang mereka butuhkan untuk tumbuh menjadi individu yang sehat, cerdas, dan berkarakter sesuai nilai-nilai Pancasila,” ujar Dirjen Iwan.

Pada kesempatan yang sama, Ketua Dharma Wanita Persatuan Pusat, Teti Herawati, saat membuka kegiatan gelar wicara secara resmi, menyambut dengan antusias dan mendukung penuh penyelenggaraan Gelar Wicara GSS oleh Kemendikbudristek. Ia mengungkapkan bahwa acara ini sangat penting karena menyajikan informasi tentang kesehatan gizi dan jiwa yang disampaikan langsung oleh para pakar, sehingga dapat memperkaya wawasan para orang tua dan peserta didik serta meningkatkan kesadaran mereka terhadap isu-isu ini.

“Kami menyadari peran DWP dalam mendukung peserta didik di lingkungan kami untuk dapat melakukan pembiasaan gaya hidup sehat, melalui berbagai hal sederhana. Pembiasaan ini tidak hanya dilakukan di sekolah oleh para guru namun perlu dimulai dan dilanjutkan di rumah melalui bimbingan orang tua yang mendampingi putra-putrinya dalam keseharian,” terang Teti.

Selaku Ketua Panitia Penyelenggara Gelar Wicara, Ketua Dharma Wanita Persatuan  Direktorat Jenderal Pendidikan Anak Usia Dini, Pendidikan Dasar, dan Pendidikan Menengah, Xanty Iwan Syahril, dalam laporannya menyampaikan, “Terkait sehat gizi, Gelar Wicara GSS 2024 berupaya untuk mendorong pembiasaan konsumsi Tablet Tambah Darah (TTD) bagi peserta didik putri. Di sisi lain, untuk sehat jiwa bagi peserta didik jenjang SMP dan SMA, kami melihat pentingnya kemampuan untuk mengenal dan mengatur emosi, perilaku, dan keterampilan psiko-sosial yang merupakan salah satu kegiatan sehat jiwa.”

Gelar Wicara GSS 2024 menghadirkan para pakar yang memiliki keahlian di bidang kesehatan gizi dan jiwa serta wakil orang tua. Salah satu pakar, Lovely Daisy, yang merupakan Direktur Gerakan Kesehatan Ibu dan Anak (GKIA) Kementerian Kesehatan (Kemenkes) RI. Lovely menjelaskan masalah utama terkait gizi yang terjadi di Indonesia disebabkan oleh pemenuhan nutrisi yang tidak sesuai dengan prinsip gizi seimbang, terutama zat gizi mikro.

“Saat ini Indonesia menghadapi tiga beban masalah gizi, yakni dalam hal kekurangan gizi, kelebihan berat badan, dan defisiensi mikronutrien. Masalah zat gizi yang banyak terjadi salah satunya adalah kekurangan zat besi, sebagaimana kita ketahui sepertiga remaja putri di Indonesia mengalami anemia,” terang Lovely.

Lebih lanjut, Lovely menambahkan bahwa permasalahan gizi ini pun memengaruhi kemampuan belajar mereka dalam meraih prestasi di sekolah. “Anemia pada usia remaja berdampak menurunkan tingkat konsentrasi, yang kemudian memengaruhi prestasi belajar mereka.”

Rose Mini Agoes Salim, atau yang biasa dipanggil Bunda Romi, Psikolog, Dosen, dan Guru Besar di Fakultas Psikologi Universitas Indonesia, juga menjadi salah satu narasumber dalam acara ini. Bunda Romi menuturkan bahwa berdasarkan penelitian, saat ini masalah kesehatan jiwa yang banyak terjadi di kalangan remaja di antaranya tingkat kecemasan yang tinggi, stress, masalah konsentrasi, dan merasa tidak tenang.

Menurutnya, anak usia remaja menjadi rentan terhadap isu kesehatan jiwa salah satunya disebabkan oleh masalah konsep diri. “Hasil introspeksi dan umpan balik dari lingkungan yang diterima anak tentang dirinya, akan dia evaluasi dan membangun konsep dirinya sendiri. Jika banyak hal negatif yang dia terima, tentu akan berdampak negatif pada kesehatan jiwanya,” jelas Bunda Romi.

Bunda Romi juga menyebut bahwa media sosial memiliki dampak yang signifikan pada kesejahteraan mental. “Mengunggah sesuatu di media sosial memiliki banyak dampak, salah satunya cyber bullying. Anak remaja kita belum tentu siap menghadapi ini, dan dapat berdampak pada konsep diri dan kepercayaan dirinya. Untuk mengantisipasi ini, saya selalu menyarankan orang tua memiliki kontrol terhadap teknologi digital yang digunakan oleh anaknya.”

Ferry Yunita, Ketua Komite SMP Negeri 177 Jakarta, yang hadir sebagai perwakilan orang tua peserta didik, menyatakan setuju bahwa Gerakan 5 Sehat yang diterapkan di sekolah sangat bermanfaat bagi anaknya. Sebagai orang tua, ia juga menerapkan prinsip-prinsip program tersebut di rumah untuk memastikan anaknya terbiasa dengan gaya hidup yang bersih dan sehat, sehingga manfaatnya dapat dirasakan secara optimal. 

“Sebagai orang tua saya berusaha selalu membersamai anak. Ketika anak melakukan hal yang menurut kita salah jangan langsung dihakimi. Selain itu, saya juga membiasakan mereka makan dengan gizi seimbang. Sejak kecil mereka sudah dikenalkan dengan sayur dan buah. Mereka pun lebih sering mengkonsumsi makanan yang dibuatkan dari rumah, sehingga lebih mudah dikontrol,” ungkap Ferry.

Kegiatan gelar wicara ini diikuti oleh 1.210 orang peserta, sebanyak 210 orang hadir secara luring dan 1.000 orang mengikuti secara daring. Peserta terdiri dari unsur pejabat di lingkungan Ditjen PAUD Dikdasmen, pengurus dan anggota Dharma Wanita Persatuan Pusat, Dharma Wanita Persatuan Kemendikbudristek Pusat dan Daerah, Yayasan Bhakti Idata, dan Koperasi Arta Wardhana. Di samping itu, gelar wicara ini diikuti pula oleh kepala sekolah dan guru yang mewakili beberapa sekolah di Jakarta.

#MerdekaBelajar

Sumber: Siaran Pers_Kementerian Pendidikan, Kebudayaan, Riset, dan Teknologi_
Nomor: 240/sipers/A6/VI/2024

Komisi X DPR RI Tinjau Kualitas Penyelenggaraan Pendidikan di Kabupaten Bandung

Komisi X DPR RI Tinjau Kualitas Penyelenggaraan Pendidikan di Kabupaten Bandung

Soreang, 14/06/24/, WK – Komisi X DPR RI, yang membidangi pendidikan, kebudayaan, pariwisata, ekonomi kreatif, kepemudaan, dan olahraga, melakukan kunjungan kerja ke pemerintah daerah untuk meninjau pelaksanaan program dan kebijakan pemerintah di bidang-bidang tersebut.

Rombongan kunjungan yang dipimpin langsung oleh anggota komisi X Dede Yusuf diterima langsung oleh Sekretaris Daerah kabupaten bandung Cakra Aminaya beserta jajaranya, di rumah Dinas Bupati Kabupaten Bandung Jumat (14/06).

Turut hadir dalam acara tersebut Direktur SMP Kemdikbudristek I Nyoman Rudi Kurniawan, Kepala BBPMP Jawa Barat yang diwakili oleh Kabag Umum Mardi Wibowo, kepala BBGP Jawa Barat Muhammad Hartono, Direktur Kepala Sekolah, Pengawas Sekolah, dan Tenaga Kependidikan Kasiman, Kepala Pusat Pembiayaan Pendidikan Andika, Serta kepala Dinas Pendidikan, Dewan pendidikan, para pendidik, PGRI dan berbagai pemangku kepentingan lainnya di kabupaten Bandung.

Sekretaris Daerah dalam sambutannya mengatakan sangat berterima kasih sudah menjadi agenda kunjungan kerja komisi X DPR RI hari ini, beliau memaparkan profil dan kondisi pendidikan di Kabupaten Bandung saat ini.

Kunjungan kerja Komisi X DPR RI ke Kabupaten Bandung yang bertujuan meninjau sektor pendidikan melibatkan beberapa agenda utama. Dalam sambutannya Dede Yusuf akan berkonsentrasi kepada beberapa hal dibidang pendidikan diantaranya ;

Peninjauan Infrastruktur Pendidikan dan fasilitas pendidikan, termasuk sekolah dasar, menengah, dan perguruan tinggi, untuk menilai kondisi fisik bangunan, ketersediaan ruang kelas, laboratorium, perpustakaan, dan fasilitas pendukung lainnya.

Evaluasi Kualitas Pengajaran: Anggota Komisi berdialog dengan para guru dan kepala sekolah untuk memahami kualitas pengajaran, kurikulum yang diterapkan, dan metode pembelajaran. Untuk mendengarkan tantangan yang dihadapi oleh tenaga pendidik.

Kesejahteraan Guru: Diskusi mengenai kesejahteraan guru, termasuk gaji, tunjangan, dan pelatihan profesional. Komisi X mengevaluasi apakah kebijakan pemerintah pusat terkait kesejahteraan guru telah diimplementasikan dengan baik di Kabupaten Bandung.

Program dan Kebijakan Pendidikan: Komisi X mengevaluasi sejauh mana program-program pendidikan nasional seperti Program Indonesia Pintar (PIP), Bantuan Operasional Sekolah (BOS) Penerima Peserta Didik Baru (PPDB) yang sudah diimplementasikan di Kabupaten Bandung.

Inovasi Pendidikan: Meninjau berbagai inovasi dan inisiatif pendidikan yang dilakukan oleh pemerintah daerah atau sekolah-sekolah setempat. Ini termasuk penggunaan teknologi dalam pembelajaran dan program-program yang mendukung pengembangan keterampilan abad 21.

Pendidikan Inklusif: Memastikan bahwa anak-anak dengan kebutuhan khusus mendapatkan akses pendidikan yang layak dan bahwa sekolah-sekolah di Kabupaten Bandung mendukung pendidikan inklusif.

Data semua ini harus masuk kedalam Dapodik dan terverifikasi ungkap Dede.

Selama kunjungan berlangsung, Komisi X berdialog dengan Sekretaris Daerah, Dinas Pendidikan, Dewan pendidikan Para pendidik, PGRI dan berbagai pemangku kepentingan lainnya untuk mendapatkan gambaran menyeluruh tentang kondisi pendidikan dan selanjutnya hasil dari kunjungan ini diharapkan dapat membantu dalam merumuskan kebijakan yang lebih baik dan tepat sasaran di bidang pendidikan.

Skip to content