Bandung Barat, 13 Juli 2024 – Balai Besar Penjaminan Mutu Pendidikan (BPMP) Provinsi Jawa Barat sukses menyelenggarakan webinar bertajuk “Peran Orang Tua dalam Mendukung Gerakan Transisi PAUD SD yang Menyenangkan” pada Sabtu, 13 Juli 2024. Acara yang diadakan secara daring melalui Zoom dan YouTube ini menarik perhatian luar biasa, dengan total peserta mencapai 1000 (seribu) orang di Zoom dan 22000 (dua puluh dua ribu) orang di live streaming YouTube.
Kepala BBPMP Jawa Barat, Sriwahyuningsih, membuka webinar dengan menekankan pentingnya transisi PAUD SD yang menyenangkan bagi peserta didik. “Dua minggu pertama sekolah merupakan gerbang pertama bagi anak-anak untuk memasuki fase transisi PAUD-SD,” tutur beliau. “Terbangunnya transisi yang menyenangkan membutuhkan kerja sama semua pihak, termasuk orang tua, Bunda PAUD, dan satuan pendidikan.”
Sisilia Maryani, narasumber dalam webinar ini, menjelaskan lebih lanjut tentang peran orang tua dalam mendukung proses transisi. “Tidak semua anak mengalami proses penguatan kemampuan fondasi dengan baik,” jelasnya. “Oleh karena itu, diperlukan pembinaan yang tepat untuk membangun kemampuan dasar secara bertahap, bermakna, dan menyenangkan. Pastikan tidak ada patahan pembelajaran antara PAUD dan SD.” Beliau pun membagikan beberapa ide kegiatan bermain yang membangun kemampuan fondasi anak.
Sri Lilis Herliyanti, PIC PDM 09, menutup webinar dengan menyampaikan harapannya kepada orang tua dan Bunda PAUD. “Mari ajak anak-anak untuk mulai bersosialisasi dan membantu mereka beradaptasi dengan lingkungan baru, mengenal teman baru, guru baru, dan tempat baru,” pesannya. “Bunda PAUD juga diharapkan dapat mendampingi satuan pendidikan dalam memastikan tidak ada tes calistung pada Penerimaan Peserta Didik Baru (PPDB), menerapkan MPLS bagi peserta didik baru selama dua minggu pertama, dan menerapkan pembelajaran yang membangun enam kemampuan fondasi anak di PAUD dan SD.”
Webinar ini memberikan pemahaman penting bagi orang tua dan Bunda PAUD tentang peran mereka dalam mendukung Gerakan Transisi PAUD SD yang Menyenangkan. Melalui kerja sama dan sinergi antara orang tua, Bunda PAUD, dan satuan pendidikan, diharapkan anak-anak dapat melalui masa transisi dengan lancar dan menyenangkan, serta siap untuk memulai jenjang pendidikan selanjutnya dengan penuh semangat.
Tahun ajaran baru diawali dengan Masa Pengenalan Peserta Didik Baru (MPLS). Disamping berpedoman kepada program MPLS yang telah dibuat oleh pemerintah, sekolah bisa membuat program-program kreatif yang tujuannya untuk menyambut, melahirkan kesan positif, menumbuhkan rasa senang, serta memantik semangat belajar peserta didik baru.
MPLS dilaksanakan mulai dari 3 hari sampai dengan 2 minggu. Materi yang diberikan mulai dari perkenalan calon peserta didik baru, perkenalan pendidik dan tenaga kependidikan di sekolah, observasi lingkungan sekolah, kegiatan intrakurikuler, kokurikuler, dan ekstrakurikuler. Berbagai kegiatan ekstrakurikuler biasa ditampilkan pada saat MPLS. Selain bentuk sosialisasi dan promosi, hal ini juga sebagai upaya untuk menarik minat peserta didik baru untuk mengikuti kegiatan ekstrakurikuler di sekolah.
MPLS juga diisi dengan permainan dan ice breaking sebagai bentuk hiburan dan mengusir rasa bosan peserta didik baru. Sudah bukan musimnya lagi pada saat MPLS, peserta didik baru diberikan tugas yang aneh-aneh yang kadang tidak ada relevansinya dengan tujuan MPLS sendiri karena hal tersebut hanya menyulitkan dan berpotensi melahirkan perpeloncoan dan perundungan terhadap peserta didik baru.
Dibalik program dan kegiatan yang sudah disusun oleh sekolah selama MPLS, agar kegiatan ini bermakna, daripada sekolah melaksanakan kegiatan yang sifatnya seremonial, menurut saya, sebaiknya melaksanakan hal-hal yang lebih substantif. Misalnya bagaimana menanamkan budaya disiplin, budaya tepat waktu, budaya malu, budaya tanggung jawab, dan kemandirian. Selain itu, karakter saling menghargai dan saling menghormati dalam keberagaman perlu ditanamkan kepada peserta didik baru. Dengan demikian, MPLS selain sebagai sebuah agenda awal tahun ajaran, juga dapat meujudkan student wellbeing (kesejahteraan pelajar) bagi peserta didik baru.
Pembiasaan hidup bersih dan sehat perlu ditanamkan kepada peserta didik baru. Mislanya, toilet training dan pembiasaan buang sampah pada tempatnya. Maksud dari toilet training bukan berarti membimbing peserta didik baru pergi ke toilet, membimbing cara buang air, dan membimbing cara membersihkan diri setelah buang air, tetapi maksudnya adalah bagaimana sekolah menanamkan kesadaran kepada peserta didik untuk menjaga kebersihan toilet sekolah. Keberadaan toilet sangat penting di sekolah. Toilet menjadi sarana vital. Apa jadinya jika sebuah sekolah tidak memiliki toilet atau toilet sekolahnya ada tetapi rusak? Pasti sekolah akan kesulitan menciptakan lingkungan yang bersih dan sehat.
Kemudian pembiasaan membuang sampah pada tempatnya perlu ditanamkan kepada peserta didik baru. Salah satu masalah serius adalah di masyarakat kita adalah masalah penanganan sampah, khususnya tingginya volume sampah yang dihasilkan oleh masyarakat dan rendahnya kesadaran membuang sampah pada tempatnya. Salah satu upaya untuk mengurangi sampah yang dihasilkan pada saat kegiatan MPLS misalnya menginstruksikan peserta didik baru membawa makanan dan minuman pada wadah atau tumbler yang bisa dicuci setelah digunakan. Toilet training dan pembiasaan membuang sampah pada tempatnya bisa menjadi bagian dari program MPLS, khususnya penguatan pada aspek karakter.
Hal lainnya yang perlu dilakukan pada saat MPLS adalah pentingnya peserta didik menjaga dan memelihara lingkungan, mulai dari lingkungan fisik, seperti menjaga dan memelihara tanaman di taman sekolah, menjaga sarana sekolah, dan membangun budaya tertib dan budaya antri. Kampanye antiperundungan pun perlu menjadi agenda penting saat MPLS di tengah cukup seringnya terjadi kekerasan dan perundungan (bullying) di satuan pendidikan.
Peserta didik baru sebaiknya dibuat dalam beberapa kelompok. Dengan dipandu oleh pembimbing, mereka berkeliling untuk mengenal dan mengeksplorasi lingkungan sekolah. Pada saat berkeliling sekolah, pembimbing bisa meminta pendapat mereka terkait kondisi sekolah saat itu, apa harapannya untuk menciptakan sekolah yang dicita-citakan, dan apa hal yang bisa mereka lakukan untuk mewujudkan harapannya tersebut.
Sambutan yang hangat dari pendidik, tenaga kependidikan, kakak kelas. Kemudian lingkungan sekolah yang bersih, tertib, rapi, rasa aman, nyaman, dan rasa diakui sebagai keluarga baru di sekolah sangat penting untuk mewujudkan student wellbeing bagi peserta didik baru. Para peserta didik baru itu bukan hanya jadi objek, tetapi ikut dilibatkan dalam membangun student wellbeing pada saat MPLS.
Kesan yang baik yang didapatkan dari sekolah akan berdampak terhadap tumbunya rasa cinta dan bangga peserta didik baru terhadap sekolahnya. Mereka merasakan bahwa mereka belajar di tempat yang tepat. Oleh karena itu, semangat dan motivasi belajarnya pun akan meningkat. Mereka siap dan antusias dengan pembelajaran yang akan mereka ikuti.