Di SDN Karawang wetan 1, tepatnya di kelas 5 adalah tempat di mana A, seorang siswa berusia 10 tahun, menghabiskan hari-harinya bersama teman-temannya. A adalah siswa yang ceria dan pandai dalam pelajaran matematika, tetapi beberapa minggu terakhir ini dia sering merasa tidak nyaman di sekolah. Pagi itu, saat A sedang bersiap-siap untuk masuk ke kelas, dia mendengar beberapa suara tawa dari anak-anak di seberang lorong. Dia melihat F, seorang anak laki-laki yang sering mengejek teman-temannya karena tampak berbeda atau lebih canggung dari yang lain, sedang mengumpulkan teman-temannya di dekat lemari sekolah. “A pendek kaya kettek (mony*t)!” kata F sambil menunjuk-nunjuk ke arah A, diikuti dengan tawa-tawa dari teman-temannya.
A merasa hatinya sakit mendengar kata-kata itu. Dia mencoba mengabaikan, tetapi setiap kali lewat di depan mereka, F dan teman-temannya selalu saja mengejeknya dengan berbagai cara. Beberapa kali temannya mencoba melindunginya, tetapi mereka juga takut jadi korban. A merasa semakin terisolasi. Dia tidak berani memberi tahu guru atau orang tua, karena takut mendapatkan perlakuan lebih buruk lagi dari F dan teman-temannya. Dia merasa sedih dan tidak nyaman setiap kali masuk kelas, bahkan saat istirahat atau saat pulang sekolah.
Cerita di atas adalah salah satu cerita asli yang benar-benar terjadi bukan hanya menimpa A tapi mungkin saja menimpa anak-anak yang lain. Dengan cara yang berbeda yang bisa jadi hanya sekadar ejek-ejekan, pukul-pukulan, atau tindakan penghinaan lainnya yang dianggap sepele tapi membuat anak menjadi minder, tidak semangat, kehilangan percaya diri, dan putus asa. Itulah BULLYING, perbuatan yang kadang guru tidak mengetahuinya karena sang pelaku kadang bertindak baik jika ada guru di dekatnya.
Inilah yang melatarbelakangi penulis membuat artikel Best Practice ini karena ternyata siswa tanpa sepengetahuan guru dan ada juga yang terang-terangan waktu dalam pembelajaran di kelas atau sedang bermain di halaman ada yang bertindak bullying.
Tantangan
Bullying atau perundungan adalah perilaku agresif yang dilakukan secara berulang oleh satu atau lebih individu terhadap individu lain yang lebih lemah atau rentan. Bullying dapat terjadi dalam berbagai bentuk, termasuk fisik (seperti pukulan, tendangan), verbal (penghinaan, ejekan), relasional (pengucilan sosial, penyebaran gosip), dan cyberbullying (penghinaan atau pelecehan melalui media elektronik atau online).
Perilaku bullying bertujuan untuk menyakiti, mengintimidasi, atau merendahkan korban dengan niat mendominasi dan mengendalikan mereka. Bullying sering kali terjadi dalam lingkungan sekolah, termasuk di tingkat sekolah dasar (SD), dan dapat memiliki dampak serius pada kesejahteraan emosional, psikologis, dan sosial korban.
Dampak pada Korban:
Masalah Kesehatan Mental: Korban bullying sering mengalami stres, kecemasan, depresi, dan merasa tidak aman secara emosional.
Pengaruh Terhadap Kinerja Akademik: Korban bullying dapat mengalami penurunan prestasi akademik karena sulit berkonsentrasi dan merasa tidak nyaman di lingkungan sekolah.
Isolasi Sosial: Korban bullying cenderung mengalami isolasi dari teman sebaya dan kesulitan membangun hubungan sosial yang sehat.
Kesehatan Fisik: Beberapa korban mungkin mengalami masalah kesehatan fisik seperti sakit kepala, gangguan tidur, dan gangguan pencernaan akibat stres yang berkepanjangan.
Perilaku Destruktif: Ada kemungkinan korban bullying mengembangkan perilaku merusak diri, kecanduan, atau bahkan mengalami pikiran untuk bunuh diri.
Dampak pada Pelaku Bullying:
Kesulitan dalam Hubungan Sosial: Pelaku bullying cenderung memiliki masalah dalam membangun hubungan sosial yang sehat dan saling menghormati.
Resiko Keterlibatan dalam Kriminalitas: Beberapa pelaku bullying dapat terlibat dalam perilaku kriminal di kemudian hari jika perilaku bullying tidak ditangani dengan serius.
Risiko Gangguan Mental: Beberapa pelaku bullying mungkin mengalami gangguan perilaku atau gangguan mental lainnya, tergantung pada penyebab dan konteks dari perilaku mereka.
Untuk mengatasi tantangan tersebut, sekolah harus mengambil langkah-langkah yang tepat, karena jika semakin lama di biarkan, kasus bullying ini akan semakin berbahaya. Melalui tulisan ini, disampaikan cara menangani masalah kasus bullying di SDN Karawang Wetan 1 dengan judul “BEST PRACTICE BULLYING NO LOVING YES DI SDN KARWANG WETAN I”.
Aksi
Berdasarkan latar belakang dan tantangan yang tersebut di atas, tentunya diperlukan suatu aksi nyata sebagai best practice yang dilakukan oleh penulis dengan kepala sekolah, guru, orang tua dan siswa, dan serta seluruh stakeholder satuan pendidikan SDN Karawang Wetan 1. Adapun langkah langkah yang dilakukan sebagai berikut.
Mengumpulkan data yang otentik dan mengidentifikasi permasalahan bullying yang terjadi di lingkungan sekolah, mengadakan coaching kepada siswa, guru, orang tua, dan masyarakat.
Mengadakan musyawarah dengan kepala sekolah, guru, orang tua, dan komite sekolah sebagai parenting awal dalam mencari kesepakatan pemecahan masalah bullying yang sedang dihadapi.
Membentuk tim guru pembimbing dan kelompok-kelompok kecil siswa sebagai satgas anti bullying agar pelaksanaan program BULLYING NO, LOVING YES DI SDN KARAWANG WETAN I” bisa diawali:
Kepala sekolah membuat SK Tim BULLYING NO, LOVING YES SDN Karawang Wetan I. (SK Terlampir).
Guru membuat jadwal kegiatan BULLYING NO, LOVING YESsiswa berdasarkan fase B dan C diambil 3 orang perkelas sebagai satgas anti bullying.
Refleksi Awal
Setiap kelompok siswa bertugas untuk mengawasi teman lainnya, apabila terjadi bullying, agar dicatat dan dilaporkan kepada guru.
Pada tahap ini, guru berkolaborasi mengembangkan perencanan pembiasaan positif sebagai pembentukan karakter siswa yang dilakukan setiap hari selama 30 menit sebelum jam pelajaran mulai pukul 06.45 WIB sampai 07.30 WIB. Adapun jadwal pembiasaan positif sebagai berikut.
No
Hari
Nama Pembiasaan
1
Senin
S3 (Senyum, Salam, Sapa) dan Upacara Bendera
2
Selasa
Literasi
3
Rabu
Olah Raga Bersama (Senam)
4
Kamis
Kamis Bersih (Kasih) dan Pramuka
5
Jum’at
Shalat Dhuha
6
Sabtu
Estrakurikuler
Pembiasaan Rutin
Setiap hari diupayakan setiap kelas bergiliran solat dzuhur berjemaah.
jadwal pembiasaan positif SDN KARAWANG WETAN I
Setelah kolaborasi dalam perencanaan pembelajaran, para guru mempraktikkan perencanaan pembiasaan yang sudah terjadwal di kelasnya masing-masing selama 15 menit sebelum pelajaran dimulai melalui pembiasaan baik pada setiap harinya.
Guru melakukan kerjasama untuk mengubah perilaku peserta didik dan menumbuhkan karakter yang cinta damai, bullying no and lovingyes sehingga siswa mempunyai akhlak mulia dengan bersikap sopan santun dan kasih sayang pada sesama baik dalam perkataan atau perbuatan.
Guru dan kepala sekolah melakukan coaching kepada setiap siswa dan orang tua yang benar-benar terlibat dalam permasalahan bullying dengan harapan siswa menemukan karakter positifnya.
Hasil dan Refleksi
Seiring dengan berjalannya waktu, melalui kedisiplinan dan pembiasaan positif yang dilakukan tiap hari oleh kepala sekolah, guru, siswa yang tadinya suka mem-bully, membuat onar, dan mengganggu temannya sekarang menjadi anak yang santun, ramah, dan disiplin.
Begitu juga dalam sikap dan tutur kata mereka cenderung lebih sopan dan santun. Keterlibatan orang tua dan program parenting yang diadakan juga sangat membantu dalam menguatkan nilai-nilai postif dan karakter siswa.
Anak belajar lebih tenang dan kondusif serta dapat menghargai guru dan teman, bisa berkolaborasi yang baik dalam kelompok kerja tim yang kompak, suasana kelas sudah menjadi lebih aman dan nyaman juga ramah anak, serta menyenangkan, sehingga SDN Karawang Wetan 1 menjadi sekolah yang berprestasi dan jadi sekolah pavorit di Kab. Karawang.
Hasil dari pembiasaan positif yang dilaksanakan tiap hari secara bergiliran menciptakan karakter anak yang ramah, cerdas, damai, dan berprestasi, serta terhindar dari bullying.
YEL-YEL ANTI BULLYING
SDN Karawang Wetan I Stop Bullying!!! Bullying No!!! Loving Yes!!!
Penulis: AI Afif Sapuro Musadad (Guru SDN Karawang Wetan 1 Kab. Karawang) Editor: Idris Apandi
Bullying merupakan masalah serius yang dapat mengganggu perkembangan psikologis dan akademis siswa. SMPN 43 Bandung berkomitmen untuk menciptakan lingkungan sekolah yang aman dan kondusif melalui pembentukan Tim Pencegahan dan Penanganan Kekerasan (TPPK), pelaksanaan program ROOTS sesuai dengan arahan Dinas Pendidikan Kota Bandung dan inovasi Aplikasi BEJAKEUN sebagai kanal pelaporan tindakan bullying.
2. Latar Belakang
Masalah perundungan di sekolah sering kali sulit diidentifikasi dan ditangani secara efektif. Oleh karena itu, pemerintah menginisiasi berbagai program untuk menangani bullying, yaitu pembentukan TPPK, program ROOTS, dan deklarasi PANGLIMA (Perangi Bullying Bersama). Dengan adanya program pemerintah tersebut, SMPN 43 sangat menyambut baik. Bahkan ada diantara guru di SMPN 43 yang melakukan inovasi dengan meluncurkan Aplikasi BEJAKEUN.
BEJAKEUN secara bahasa berasal dari bahasa Sunda yang berarti LAPORKAN. Sehingga aplikasi ini digunakan untuk sarana melaporkan bagi siswa-siswi terkait tindakan bullying atau kenakalan remaja yang terjadi di sekitarnya. Dalam konteks aplikasi, BEJAKEUN adalah akronim dari:
BErani lawan tindakan bullying.
JAga diri dan teman dari tindakan bullying.
KEnali dan laporkan tindakan bullying.
UNggah laporan tindakan bullying di aplikasi.
Kombinasi dari upaya pencegahan dan penanganan yang terstruktur serta pemanfaatan teknologi diharapkan dapat mengurangi angka bullying di sekolah.
3. Tujuan Program dan Inovasi
Tujuan utama dari inisiatif ini adalah:
Mencegah dan mengurangi tindakan perundungan di lingkungan sekolah.
Meningkatkan kesadaran seluruh warga sekolah tentang bahaya bullying.
Menciptakan lingkungan sekolah yang aman dan kondusif bagi semua siswa.
Mempermudah pelaporan dan penanganan kasus bullying melalui Aplikasi BEJAKEUN.
4. Implementasi Peran TPPK
TPPK terdiri dari 11 anggota yang mencakup guru BK, tim kesiswaan, dan perwakilan orang tua. Tugas utama TPPK adalah:
Mengidentifikasi kasus-kasus bullying di sekolah.
Menyusun strategi pencegahan dan penanganan bullying.
Melakukan sosialisasi dan edukasi tentang bahaya bullying kepada siswa, guru, dan orang tua.
Menindaklanjuti laporan bullying yang masuk melalui Aplikasi BEJAKEUN.
5. Implementasi Program ROOTS
Program ROOTS dilaksanakan selama satu tahun pelajaran, dengan beberapa tahapan sebagai berikut:
Pembentukan Tim ROOTS: Guru membentuk tim yang terdiri dari siswa-siswa berpengaruh di sekolah untuk menjadi agen perubahan.
Pelatihan dan Modul: Agen ROOTS diberikan pelatihan intensif melalui 15 modul materi perundungan setiap hari Selasa.
Kampanye Anti Perundungan melalui poster, madding, dan media sosial: Agen ROOTS membuat bahan-bahan kampanye untuk meningkatkan kesadaran tentang bahaya bullying di sekolah.
ROOTS Day: Di akhir program, dilaksanakan ROOTS Day sebagai deklarasi anti perundungan, di mana seluruh siswa berpartisipasi dalam kegiatan ini. Selain itu terbaru untuk siswa baru mengikuti arahan Dinas Pendidikan, kami menyelenggarakan deklarasi PANGLIMA (Perangi Bullying Bersama).
Aplikasi BEJAKEUN dikembangkan oleh Ilham Fauji, S.Pd.I., M.Pd.Gr., guru SMPN 43 Bandung sebagai solusi teknologi untuk mendukung program ROOTS dan TPPK. Beberapa fitur utama dari aplikasi ini adalah:
Pelaporan Anonim: Siswa dapat melaporkan tindakan bullying secara anonim, sehingga mereka merasa lebih aman.
Akses Mudah: Aplikasi ini dapat diunduh di Play Store dan mudah digunakan oleh siswa, orang tua, dan guru.
Penanganan Cepat: Laporan yang masuk langsung diteruskan ke TPPK untuk ditindaklanjuti.
7. Hasil dan Evaluasi
Implementasi TPPK, program ROOTS, dan Aplikasi BEJAKEUN telah menunjukkan hasil yang positif. Beberapa indikator keberhasilan yang dicapai antara lain:
Peningkatan Kesadaran: Kesadaran siswa dan guru tentang pentingnya mencegah bullying meningkat secara signifikan.
Penurunan Kasus Bullying: Terdapat penurunan jumlah kasus bullying yang dilaporkan di sekolah.
Respon Cepat: Kasus-kasus bullying dapat ditangani lebih cepat dan efektif melalui laporan yang masuk di Aplikasi BEJAKEUN.
8. Kendala dan Solusi
Beberapa kendala yang dihadapi selama pelaksanaan program ini antara lain:
Partisipasi Siswa: Tidak semua siswa mau berpartisipasi aktif dalam program ROOTS. Solusinya adalah dengan memberikan motivasi pada kegiatan pembiasaan-pembiasaan dan penghargaan kepada siswa yang berpartisipasi.
Teknologi dan Akses: Beberapa siswa mengalami kesulitan dalam mengakses dan menggunakan Aplikasi BEJAKEUN. Solusinya, sekolah mengadakan sosialiasi dan bantuan teknis bagi siswa dan orang tua.
9. Kesimpulan
TPPK, program ROOTS, dan Aplikasi BEJAKEUN di SMPN 43 Bandung telah berhasil menciptakan lingkungan sekolah yang lebih aman dan kondusif bagi seluruh siswa. Melalui kombinasi upaya pencegahan, penanganan yang terstruktur, dan pemanfaatan teknologi, kasus bullying dapat diatasi dengan lebih efektif.
10. Rekomendasi
Untuk meningkatkan efektivitas program ini, beberapa rekomendasi yang dapat dilakukan adalah:
Melakukan update rutin pada Aplikasi BEJAKEUN untuk mengetahui pelaporan
Menyediakan lebih banyak sesi pelatihan dan sosialisasi untuk siswa, orang tua, dan guru.
Mengadakan kampanye anti-bullying secara berkala untuk menjaga kesadaran dan partisipasi aktif seluruh warga sekolah.
11. Penutup
Dengan komitmen yang kuat dari seluruh warga sekolah, TPPK, program ROOTS, dan Aplikasi BEJAKEUN diharapkan dapat terus berkembang dan memberikan dampak positif yang lebih besar dalam upaya pencegahan dan penanganan bullying di SMPN 43 Bandung.
Pendidikan merupakan fondasi utama dalam perkembangan pribadi dan akademik seorang anak. Di tingkat pendidikan dasar, pembentukan karakter dan perilaku baik adalah hal yang sangat penting dibandingkan dengan penguasaan materi akademik. Guru kelas sebagai tokoh sentral memiliki peran kunci dalam membimbing anak-anak agar berperilaku baik. Mengajarkan nilai-nilai moral dan etika, membentuk sikap positif, serta menciptakan lingkungan belajar yang mendukung perkembangan perilaku yang baik adalah tantangan yang dihadapi guru kelas sehari-hari.
Ada banyak hal yang memengaruhi proses pembelajaran anak salah satu diantaranya adalah Sosial Emotional Learning (SEL). SEL inilah yang akan memengaruhi bagaimana perilaku anak ke diri sendiri, orang lain, dan lingkungan. SEL adalah proses pembentukan diri yang berkaitan dengan kesadaran diri, kontrol diri, dan kemampuan relasi. SEL ini sangat penting karena proses ini akan membantu kehidupannya baik di sekolah, lingkungan kerja, atau bermasyarakat.
Perlu diketahui bahwa orang yang punya kemampuan sosial emosional yang baik jauh lebih bisa menerima dan melakukan tantangan, lebih mudah untuk belajar, bersikap professional, dan bersosialisasi. Jadi, pembelajaran sosial emosional ini tidak hanya dalam jangka waktu dekat, tetapi juga jangka panjang.
Anak-anak di kelas 5 SDN Karawang Wetan Isudah mulai beranjak remaja. Mereka memiliki emosional yang labil. Dalam pergaulannya mereka membutuhkan pengawasan dan bimbingan yang ekstra dalam proses kestabilan emosionalnya. Pembelajaran Jarak Jauh (PJJ) pada saat pandemik COVID-19, peserta didik banyak menggunakan ponsel. Oleh karena itu, pascapandemik, anak-anak lebih cepat beradaptasi dengan teknologi saat ini.
Namun, hal ini sekarang dirasakan sudah tidak efektif lagi karena penggunaan ponsel pada anak didik banyak yang disalahgunakan. Penggunaan ponsel yang berlebihan dan tanpa pengawasan orang tua akan membuat anak menjadi sulit dikendalikan dalam berperilaku juga dalam berbicara, sehingga dalam percakapan di WA grup pun sering mengucapkan kata jorok (menyebutkan alat kelamin pria atau wanita) dan kasar (seperti anj*ng, monyet, tolol, gobl*k, dasar gendut, dll.). Percakapan mereka sering kali disertai ejekan-ejekan yang dapat menimbulkan sakit hati dan membuat temannya merasa di-bully dan akhirnya tidak semangat untuk berangkat sekolah.
Sebagai pendidik tentunya merasa prihatin melihat kondisi di dalam kelas yang penuh dengan bahasa yang kasar dan jorok serta gambar yang tidak pantas dan perilaku siswa yang suka mengejek temannya pun sering terjadi. Jika hal ini dibiarkan tanpa ada tindakan yang cepat dan tepat, maka perilaku peserta didik akan semakin tidak terarah. Tentunya pendidik dituntut untuk bisa menghadapi situasi ini dengan melakukan suatu inovasi yang dapat menjadikan kelas yang aman, nyaman, berprestasi, dan berkarakter.
Tantangan
Sebagaimana yang kita lihat pada kondisi tersebut, tentunya sangat perlu perhatian dari guru khususnya guru kelas. Dalam hal ini, sebagai guru kelasnya, saya merasa sangat prihatin dan berusaha untuk mencari solusi yang dapat digunakan untuk menyelesaikan masalah ini.
Dengan memikirkan solusi dari permasalahan ini, agar cara yang ditempuh dapat memiliki dampak yang positif dan berpengaruh pada perilaku peserta didik serta menjadikan lingkungan belajar yang aman dan nyaman, diantaranya dengan mengajarkan nilai-nilai moral dan etika kepada peserta didik dan meningkatkan motivasi belajar kepada mereka.
Aksi
Berdasarkan latar belakang dan tantangan yang tersebut di atas tentunya diperlukan suatu aksi nyata yang dilakukan oleh guru. Adapun cara yang dilakukan yaitu :
Mencari data yang valid melalui pendekatan personal (wawancara dengan peserta didik) tentang perilaku anak yang dapat dijadikan alat bukti serta bahan kajian untuk mengubah perilaku. Proses wawancara ini berlangsung selama 2 minggu dilakukan pada awal Agustus tahun 2023.
Setelah terkumpul data, maka dilakukan diskusi dengan ibu kepala sekolah dan juga rekan-rekan sejawat dengan memulai bercerita seputar perilaku yang tidak baik tersebut. Setelah berdiskusi, ibu kepala sekolah menyarankan untuk bertindak cepat dalam menanggulangi masalah ini dengan memfokuskan kegiatan belajar mengajar pada pembiasaan yang dapat merubah perilaku anak. Akhirnya di minggu ke empat bulan Agustus 2023, dimulailah pembiasaan dengan membaca shalawat dan mengafirmasi diri setelah berdoa sebelum belajar.Pada bulan September 2023 kami berkomunikasi dengan orang tua dalam kegiatan parenting. Di kegiatan kami mengajak orang tua untuk lebih aktif lagi dalam mengawasi penggunaan handphone dan pembiasaan bertutur kata yang baik dan sopan dalam berkomunikasi agar tidak saling ejek dan berkata kasar serta mengingatkan sholat lima waktunya. Dengan melakukan kegiatan parenting, diharapkan adanya kerjasama untuk mengubah perilaku peserta didik dan menumbuhkan karakter yang beriman dan bertakwa serta berakhlak mulia.
melakukan pembiasaan di kelas dengan diawali membaca doa dan bershalawat serta mengafirmasi untuk terus berbuat baik setiap hari. Selain itu juga selalu mengingatkan dalam bertutur kata agar tidak ada kata-kata kasar dan jorok.
Hasil & Refleksi
Program pembiasaan di kelas cukup efektif dalam mengubah perilaku siswa menjadi lebih baik.
Dari beberapa hari (kurang lebih 14 hari) melakukan pendekatan dan setelah kurang lebih 3 bulan (dari minggu keempat bulan Agustus 2023 hingga pertengahan Nopember 2023) melaksanakan kegiatan pembiasaan di kelas dengan bershalawat dan mengingatkan diri serta menyemangati diri, peserta didik sekarang sudah ada perubahan dan mulai saling mengingatan dengan teman.
Setiap akan istirahat mereka membaca doa makan dan setelah istirahat mereka juga membaca doa setelah makan.
Keterlibatan orang tua dan program parenting yang diadakan juga sangat membantu dalam menguatkan nilai-nilai postif pada siswa.
Suasana kelas sudah menjadi lebih aman dan nyaman juga ramah anak, bertutur kata sudah mulai pelan dan tidak lagi berkata jorok dan kasar.
Dari kegiatan ini dapat diambil pembelajaran bahwa anak anak membutuhkan bimbingan dan pendekatan yang mengena di hati mereka. Kita juga sebagai pendidik dapat memosisikan diri sebagai partner atau teman bermain, sehingga mereka dapat menyalurkan dan mencurahkan perasaannya serta merasa nyaman dengan keberadaan kita di samping mereka.
Bandung Barat, – Asesmen Nasional yang selanjutnya disingkat AN adalah salah satu bentuk evaluasi sistem pendidikan oleh Kementerian pada jenjang pendidikan dasar dan pendidikan menengah. Asesmen Nasional tidak menggantikan peran Ujian Nasional dalam mengevaluasi prestasi atau hasil belajar peserta didik secara individual, namun memiliki peran yang sama dalam hal menjadi sumber informasi untuk pemetaan dan evaluasi mutu sistem pendidikan.
Asesmen Nasional sebagai bentuk evaluasi sistem pendidikan yang dilakukan oleh Pemerintah Pusat diperlukan dalam rangka memperoleh informasi yang akurat dan komprehensif untuk menghasilkan Profil Pendidikan yang merupakan laporan layanan pendidikan dasar dan menengah untuk peningkatan mutu layanan pendidikan dan penetapan Rapor Pendidikan. Profil Pendidikan tersebut dapat membantu satuan pendidikan dan Pemerintah dalam mengidentifikasi indikator-indikator yang sudah baik maupun yang masih perlu ditingkatkan, kemudian melakukan refleksi untuk menentukan akar masalah, dan menyusun program serta strategi membenahi akar masalah tersebut untuk peningkatan mutu pendidikan.
Berdasarkan hal tersebut, BBPMP Provinsi Jawa Barat menyelenggarakan kegiatan Workshop Kebijakan AN dan Sulingjar Tahun 2024 Regional I pada tanggal 3 s.d 5 Juli 2024, sesuai dengan salah satu perannya, yaitu untuk melakukan sosialisasi kebijakan pelaksanaan AN dan Sulingjar di Wilayah Provinsi Jawa Barat bersama Dinas Pendidikan sesuai kewenangan.
Bertempat di Hotel V, Jl. Terusan Ir. Sutami III, Sukagalih, Bandung, Kota Bandung Provinsi Jawa Barat 40163, kegiatan tersebut diikuti oleh Peserta yang berasal dari unsur Pegawai BBPMP Provinsi Jawa Barat dan Penanggung jawab Asesmen Nasional (Pj AN) pada KCD I s.d XIII Dinas Pendidikan Provinsi Jawa Barat dan Pj AN dari 27 Dinas Pendidikan Kabupaten/Kota se-Provinsi Jawa Barat.
Kegiatan Workshop Kebijakan AN dan Sulingjar Tahun 2024 yang diselenggarakan selama 3 (tiga) hari tersebut bertujuan untuk: (1) Meningkatkan pemahaman Pemerintah Daerah terhadap Kebijakan AN dan Sulingjar Tahun 2024; (2) Memperkuat sinergi antara UPT BBPMP Provinsi Jawa Barat dan Pemerintah Daerah terhadap pelaksanaan Kebijakan AN dan Sulingjar Tahun 2024 di Wilayah Provinsi Jawa Barat; (3) Memperkuat sinergi antara UPT BBPMP Provinsi Jawa Barat dengan Pemerintah Daerah terhadap tugas dan tanggung jawab dalam mendukung pelaksanaan AN dan Sulingjar Tahun 2024 yang dituangkan dalam bentuk Rencana Tindak Lanjut (RTL); dan (4) Melakukan survei pemahaman terhadap stakeholders di daerah dan satuan pendidikan di Wilayah Provinsi Jawa Barat.
Kegiatan tersebut difasilitasi oleh Narasumber dan Fasilitator kegiatan berasal dari unsur PiC PDM 06 – Asesmen Nasional Kemendikbudristek, Ibu Elly Wismayanti, S.Sos., M.AP., Hadyan Sugalayudhana, M.Pd., Koordinator Pengawas SMA Dinas Pendidikan Provinsi Jawa Barat, Dr. H. Ahmad Furqon, M.Pd., Kasi Kurikulum SMP Dinas Pendidikan Kota Bogor, Hj. Romlah, M.Pd., Kasi Tenaga Pendidik dan Kependidikan PAUD Dinas Pendidikan Kabupaten Cirebon, Rika Surya, S.T., M.Pd., PiC PDM 06 AN BBPMP Provinsi Jawa Barat dan Dr. Ida Siti Hodijah, M.Pd., Widyaprada Ahli Madya BBPMP Provinsi Jawa Barat.
Adapun materi yang disampaikan oleh Narasumber dan Fasilitator pada kegiatan tersebut, antara lain tentang Kebijakan Asesmen Nasional dan Sulingjar Tahun 2024, Pentingnya Asesmen Nasional untuk Peningkatan Kualitas layanan Pendidikan, Sekolah Dasmen dan PAUD yang dicita-citakan, Mekanisme Pendataan, Kesiapan Penyelenggaraan Asesmen Nasional, Pelaksanaan dan Pelaporan Hasil Asesmen Nasional, dan Sulingjar PAUD dan Dasmen. Pada kegiatan tersebut Peserta juga diminta untuk Menyusun Rencana Tindak Lanjut Kegiatan Sosialisasi Asesmen Nasional dan Sulingjar yang akan dilaksanakan di Daerah masing-masing.
Pada Materi Kebijakan Asesmen Nasional antara lain disampaikan tentang salah satu tujuan dirancangnya Asesmen Nasional, yaitu antara lain untuk mendorong dan memfasilitasi perbaikan kualitas pembelajaran. Asesmen Nasional dilaksanakan dengan 3 (tiga) instrumen yaitu Asesmen Kompetensi Minimum (AKM Literasi, Numerasi), Survey Karakter dan Survey Lingkungan Belajar. AKM Literasi dan Numerasi menanggapi kebutuhan global saat ini bahwa peserta didik diharapkan mampu beradaptasi dengan dunia yang cepat berubah dan berpartisipasi aktif di masyarakat. Oleh karena itu, peserta didik perlu menjadi pembelajar sepanjang hayat. Dua kemampuan yang menentukan kecakapan seseorang untuk belajar sepanjang hayat adalah kompetensi literasi membaca atau literasi matematika, yang sering disebut numerasi. Dua kompetensi ini penting karena peserta didik perlu mengembangkan keterampilan logis-sistematis, keterampilan bernalar menggunakan konsep dan pengetahuan yang telah dipelajari, serta keterampilan untuk memahami, memilah, dan menggunakan informasi secara kritis.
Berbagai program dan kebijakan telah digaungkan oleh Pemerintah melalui Kementerian Pendidikan, Kebudayan, Riset dan Teknologi dalam upaya meningkatkan kompetensi literasi dan numerasi siswa Indonesia antara lain melalui Kebijakan Merdeka Belajar episode 1 sampai 26. Kebijakan-kebijakan tersebut dirancang oleh Pemerintah dalam rangka mewujudkan Indonesia Emas 2045. Hal ini juga sesuai dengan Rencana Pembangunan Jangka Panjang Nasional (RPJPN) 2025-2045 yang disususn oleh Kementerian PPN/Bappenas dalam mendukung pelaksanaan Visi Indonesia Emas 2045, yaitu untuk mewujudkan Indonesia sebagai “Negara Nusantara Berdaulat, Maju, dan Berkelanjutan”.