Kegiatan 3S (Senyum, Salam, Sapa) Doc. Yuyun 2024
  1. Latar Belakang

Satu kisah tentang bullying di sekolahku

”KISAH PILU HATI SISWA ‘A’”

Di SDN Karawang wetan 1, tepatnya di kelas 5 adalah tempat di mana A, seorang siswa berusia 10 tahun, menghabiskan hari-harinya bersama teman-temannya. A adalah siswa yang ceria dan pandai dalam pelajaran matematika, tetapi beberapa minggu terakhir ini dia sering merasa tidak nyaman di sekolah. Pagi itu, saat A sedang bersiap-siap untuk masuk ke kelas, dia mendengar beberapa suara tawa dari anak-anak di seberang lorong. Dia melihat F, seorang anak laki-laki yang sering mengejek teman-temannya karena tampak berbeda atau lebih canggung dari yang lain, sedang mengumpulkan teman-temannya di dekat lemari sekolah. “A pendek kaya kettek (mony*t)!” kata F sambil menunjuk-nunjuk ke arah A, diikuti dengan tawa-tawa dari teman-temannya.

A merasa hatinya sakit mendengar kata-kata itu. Dia mencoba mengabaikan, tetapi setiap kali lewat di depan mereka, F dan teman-temannya selalu saja mengejeknya dengan berbagai cara. Beberapa kali temannya mencoba melindunginya, tetapi mereka juga takut jadi korban. A merasa semakin terisolasi. Dia tidak berani memberi tahu guru atau orang tua, karena takut mendapatkan perlakuan lebih buruk lagi dari F dan teman-temannya. Dia merasa sedih dan tidak nyaman setiap kali masuk kelas, bahkan saat istirahat atau saat pulang sekolah.

Cerita di atas adalah salah satu cerita asli yang benar-benar terjadi bukan hanya menimpa A tapi mungkin saja menimpa anak-anak yang lain. Dengan cara yang berbeda yang bisa jadi hanya sekadar ejek-ejekan, pukul-pukulan, atau tindakan penghinaan lainnya yang dianggap sepele tapi membuat anak menjadi minder, tidak semangat, kehilangan percaya diri, dan putus asa. Itulah BULLYING, perbuatan yang kadang guru tidak mengetahuinya karena sang pelaku kadang bertindak baik jika ada guru di dekatnya.

Inilah yang melatarbelakangi penulis membuat artikel Best Practice ini karena ternyata siswa tanpa sepengetahuan guru dan ada juga yang terang-terangan waktu dalam pembelajaran di kelas atau sedang bermain di halaman ada yang bertindak bullying.

  1. Tantangan

Bullying atau perundungan adalah perilaku agresif yang dilakukan secara berulang oleh satu atau lebih individu terhadap individu lain yang lebih lemah atau rentan. Bullying dapat terjadi dalam berbagai bentuk, termasuk fisik (seperti pukulan, tendangan), verbal (penghinaan, ejekan), relasional (pengucilan sosial, penyebaran gosip), dan cyberbullying (penghinaan atau pelecehan melalui media elektronik atau online).

Perilaku bullying bertujuan untuk menyakiti, mengintimidasi, atau merendahkan korban dengan niat mendominasi dan mengendalikan mereka. Bullying sering kali terjadi dalam lingkungan sekolah, termasuk di tingkat sekolah dasar (SD), dan dapat memiliki dampak serius pada kesejahteraan emosional, psikologis, dan sosial korban.

Dampak pada Korban:

  1. Masalah Kesehatan Mental: Korban bullying sering mengalami stres, kecemasan, depresi, dan merasa tidak aman secara emosional.
  2. Pengaruh Terhadap Kinerja Akademik: Korban bullying dapat mengalami penurunan prestasi akademik karena sulit berkonsentrasi dan merasa tidak nyaman di lingkungan sekolah.
  3. Isolasi Sosial: Korban bullying cenderung mengalami isolasi dari teman sebaya dan kesulitan membangun hubungan sosial yang sehat.
  4. Kesehatan Fisik: Beberapa korban mungkin mengalami masalah kesehatan fisik seperti sakit kepala, gangguan tidur, dan gangguan pencernaan akibat stres yang berkepanjangan.
  5. Perilaku Destruktif: Ada kemungkinan korban bullying mengembangkan perilaku merusak diri, kecanduan, atau bahkan mengalami pikiran untuk bunuh diri.                                                                                                                                                                                                                                                                                                                                                                                                                                                                  

Dampak pada Pelaku Bullying:

  1. Kesulitan dalam Hubungan Sosial: Pelaku bullying cenderung memiliki masalah dalam membangun hubungan sosial yang sehat dan saling menghormati.
  2. Resiko Keterlibatan dalam Kriminalitas: Beberapa pelaku bullying dapat terlibat dalam perilaku kriminal di kemudian hari jika perilaku bullying tidak ditangani dengan serius.
  3. Risiko Gangguan Mental: Beberapa pelaku bullying mungkin mengalami gangguan perilaku atau gangguan mental lainnya, tergantung pada penyebab dan konteks dari perilaku mereka.

Untuk mengatasi tantangan tersebut, sekolah harus mengambil langkah-langkah yang tepat, karena jika semakin lama di biarkan, kasus bullying ini akan semakin berbahaya. Melalui tulisan ini, disampaikan cara menangani masalah kasus bullying di SDN Karawang Wetan 1 dengan judul “BEST PRACTICE  BULLYING NO LOVING YES DI SDN KARWANG WETAN I”.

  • Aksi

Berdasarkan latar belakang dan tantangan yang tersebut di atas, tentunya diperlukan suatu aksi nyata sebagai best practice yang dilakukan oleh penulis dengan kepala sekolah, guru, orang tua dan siswa, dan serta seluruh stakeholder satuan pendidikan SDN Karawang Wetan 1.  Adapun langkah langkah yang dilakukan sebagai berikut.

  1. Mengumpulkan data yang otentik dan mengidentifikasi permasalahan bullying yang terjadi di lingkungan sekolah, mengadakan coaching kepada siswa, guru, orang tua, dan masyarakat.
  2. Mengadakan musyawarah dengan kepala sekolah, guru, orang tua, dan komite sekolah sebagai parenting awal dalam mencari kesepakatan pemecahan masalah bullying yang sedang dihadapi.
  3. Membentuk tim guru pembimbing dan kelompok-kelompok kecil siswa sebagai satgas anti bullying agar pelaksanaan program BULLYING NO, LOVING YES DI SDN KARAWANG WETAN I”  bisa diawali:
  4. Kepala sekolah membuat SK Tim BULLYING NO, LOVING YES SDN Karawang Wetan I. (SK Terlampir).
  5. Guru membuat jadwal kegiatan BULLYING NO, LOVING YES siswa berdasarkan  fase B dan C diambil 3 orang perkelas sebagai satgas anti bullying.
  6. Refleksi Awal

Setiap kelompok siswa bertugas untuk mengawasi teman lainnya, apabila terjadi bullying, agar dicatat dan dilaporkan kepada guru.

Pada tahap ini, guru berkolaborasi mengembangkan perencanan pembiasaan positif sebagai pembentukan karakter siswa yang dilakukan setiap hari selama 30 menit sebelum jam pelajaran mulai pukul 06.45 WIB sampai 07.30 WIB. Adapun jadwal pembiasaan positif sebagai berikut.

NoHariNama Pembiasaan
1SeninS3 (Senyum, Salam, Sapa) dan Upacara Bendera
2SelasaLiterasi
3RabuOlah Raga Bersama (Senam)
4KamisKamis Bersih (Kasih) dan Pramuka
5Jum’atShalat Dhuha
6SabtuEstrakurikuler
Pembiasaan RutinSetiap hari diupayakan setiap kelas bergiliran solat dzuhur berjemaah.
jadwal pembiasaan positif SDN KARAWANG WETAN I

Setelah kolaborasi dalam perencanaan pembelajaran, para guru mempraktikkan perencanaan pembiasaan yang sudah terjadwal di kelasnya masing-masing selama 15 menit sebelum pelajaran dimulai melalui pembiasaan baik pada setiap harinya.

  • Guru melakukan kerjasama untuk mengubah perilaku peserta didik dan menumbuhkan karakter yang cinta damai, bullying no and loving yes sehingga siswa mempunyai akhlak mulia dengan bersikap sopan santun dan kasih sayang pada sesama baik dalam perkataan atau perbuatan.
  • Guru dan kepala sekolah melakukan coaching kepada setiap siswa dan orang tua  yang benar-benar terlibat dalam permasalahan bullying dengan harapan siswa menemukan karakter positifnya.
  • Hasil dan Refleksi
  • Seiring dengan berjalannya waktu, melalui kedisiplinan dan pembiasaan positif yang dilakukan tiap hari  oleh kepala sekolah, guru, siswa yang tadinya suka mem-bully, membuat onar, dan mengganggu temannya sekarang menjadi anak yang santun, ramah, dan disiplin.
  • Begitu juga dalam sikap dan tutur kata mereka cenderung lebih sopan dan santun. Keterlibatan orang tua dan program parenting yang diadakan juga sangat membantu dalam menguatkan nilai-nilai postif dan karakter siswa.
  • Anak belajar lebih tenang dan kondusif serta dapat menghargai guru dan teman, bisa berkolaborasi yang baik dalam kelompok kerja tim yang kompak, suasana kelas sudah menjadi lebih aman dan nyaman juga ramah anak, serta menyenangkan, sehingga SDN Karawang Wetan 1 menjadi sekolah yang berprestasi dan jadi sekolah pavorit di Kab. Karawang.
  • Hasil dari pembiasaan positif yang dilaksanakan tiap hari secara bergiliran menciptakan karakter anak yang ramah, cerdas, damai, dan berprestasi, serta  terhindar dari bullying.

YEL-YEL ANTI BULLYING

SDN Karawang Wetan I
Stop Bullying!!!
Bullying No!!!
Loving Yes!!!

Penulis: AI Afif Sapuro Musadad (Guru SDN Karawang Wetan 1 Kab. Karawang)
Editor: Idris Apandi

Skip to content