Memotret Peningkatan Mutu Pembelajaran di SMPN 19 Bandung

Memotret Peningkatan Mutu Pembelajaran di SMPN 19 Bandung

Idris Apandi Widyaprada BBPMP Provinsi Jawa Barat berfoto dengan Ida Suyanti, S.Pd., M.M.Pd. (Dok. Idris Apandi, 2023).

SMPN 19 Bandung merupakan salah satu Sekolah Penggerak angkatan pertama. Ida Suyanti, S.Pd., M.M.Pd. KS SMPN 19 Bandung menyampaikan bahwa motivasi utama SMPN 19 mengikuti Program Sekolah Penggerak (PSP) adalah ingin meningkatkan mutu sekolah yang diharapkan berdampak terhadap peningkatan mutu proses dan hasil pembelajaran. Selain itu, menjadi sekolah penggerak menjadi jalan untuk melakukan transformasi dan perubahan pola pikir pendidik dan tenaga kependidikan untuk yang berpihak kepada murid.

Ida menyampaikan banyak hal positif yang dirasakan setelah SMPN 19 Bandung menjadi Sekolah Penggerak, diantaranya :

a. Penguatan Sumber Daya Manusia

SMPN 19 Bandung melakukan berbagai kegiatan dalam rangka penguatan sumber daya manusia. Kegiatan tersebut meliputi kegiatan workshop yang dilaksanakan oleh pendidik, tenaga kependidikan, dan siswa. Tenaga SMP Negeri 19 Bandung senantiasa mengikuti dan mengimbaskannya kepada rekan di lingkungan sekolah untuk penguatan sumber daya manusia di lingkungan SMP Negeri 19 Bandung.

b. Pembelajaran Dengan Paradigma Baru

SMP Negeri 19 Bandung telah mengimplementasikan kurikulum merdeka sejak tahun 2021 dan telah melaksanakan berbagai macam kegiatan pembelajaran dengan paradigma baru. Antara lain dengan melaksanakan Projek Penguatan Profil Pelajar Pancasila, pembelajaran berdiferensiasi dan Program ROOTS Anti Perundungan. Sosialisasi dan implementasi ROOTS diantaranya melalui Proyek Penguatan Profil Pelajar Pancasila (P5). 

c. Perencanaan Berbasis Data

Selama tiga tahun SMP Negeri 19 Kota Bandung mengimplementasikan kurikulum merdeka, SMP Negeri 19 Kota Bandung menyimpan seluruh bentuk dokumentasi kegiatan dalam google drive, media sosial (instagram, facebook, youtube, twitter, website).

d. Digitalisasi Sekolah

SMPN 19 Bandung telah menggunakan Platform Merdeka Mengajar sejak awal diluncurkannya PMM. Selain itu, SMPN 19 Bandung pun menjadi sekolah berbasis digital karena telah aktif menggunakan Learning Management System (LMS) untuk proses pembelajaran.


SMPN 19 Bandung pun secara aktif menggunakan media sosial dalam penyampaian informasi ke masyarakat. 

Selain itu, SMPN 19 Kota Bandung juga memiliki perpustakaan digital untuk meningkatkan kemampuan literasi warga SMP Negeri 19 Kota Bandung.

e. Pendampingan dan Konsultasi Asimetris

Dengan terpilihnya SMPN 19 Kota Bandung menjadi sekolah penggerak tahap pertama di kota Bandung membuat kami mendapatkan pendampingan dan konsultasi bukan hanya dari pengawas pembina, namun dari fasilitator atau tenaga ahli Kemendikbudristek.

f. Mendapatkan kesempatan dalam meningkatkan kompetensi bagi setiap GTK maupun peserta didiknya.

g. Menambah wawasan terkait pembelajara berdiferensiasi yang dapat diimplementasikan dalam kegiatan belajar mengajar.

h. Tempat untuk kegiatan berbagi praktik baik dalam pengimbasan untuk sekolah sekitar, wilayah, dan kota Bandung.

i. Dipakai penelitian untuk berbagai Perguruan Tinggi Negeri dan Swasta mulai S1 Unikom, S2 UPI, S3 UNPAS dan UNISBA.


Melaksanakan berbagai program peningkatan mutu di SMPN 19 Bandung bukanlah hal yang mudah. Ada beberapa tantangan yang dihadapi. Diantaranya:

a. Latar belakang peserta didik yang heterogen, menjadi salah satu tantangan dalam meningkatkan mutu pembelajaran. Solusinya adalah dengan menerapkan pembelajaran yang berdiferensiasi dengan menggunakan variasi model dan teknik pembelajaran.

b. Kompetensi GTK yang masih beragam dan memiliki latar belakang yang berbeda, khususnya dalam bidang teknologi. Solusinya adalah dengan mengadakan beberapa pelatihan untuk guru terkait pengembangan kompetensi dalam bidang teknologi.

Komite pembelajaran menjadi salah satu fasilitator atau promotor dalam upaya peningkatan mutu layanan pembelajaran atau Pendidikan. Harapannya seluruh GTK dapat lebih mengembangkan diri dan meningkatkan mutu layanan Pendidikan/pembelajaran dalam keseharian. Terus berupaya meningkatkan diri dan dapat terus melayani peserta didik sesuai kebutuhannya dengan karakter yang Unik melalui komunitas belajar.


Dalam melaksanakan peningkatan mutu di SMPN 19 Bandung, ada beberapa program unggulan yang dilaksanakan sebagai berikut:

a. Program Implementasi Disiplin Positif

Program Implementasi disiplin positif merupakan salah satu program unggulan yang bertujuan untuk mewujudkan karakter peserta didik yang sesuai dengan Profil Pelajar Pancasila agar terciptanya lingkungan belajar yang kondusif, aman dan nyaman, tanpa ancaman dan kekerasan.

b. Program Literasi dan Numerasi

Program literasi dan numerasi merupakan salah satu program unggulan yang sudah dilaksanakan sejak tahun 2020. Program ini bertujuan untuk meningkatkan kompetensi peserta didik dalam literasi dan numerasi. Harapannya, peserta didik dapat menjadi insan yang literat. Dan kami sudah menghasilkan 13 buku karya siswa,guru, Kepala sekolah, Pengawas orang tua dan Alumni berupa tulisan puisi, cerpen dan artikel.

Selain dilaksanakan pembiasaan literasi dan numerasi sebelum kegiatan belajar mengajar, penguatan literasi dan numerasi juga terintegrasi dalam proses kegiatan belajar mengajar di setiap mata pelajaran. Hal tersebut jelas terlihat dalam asesmen yang dilakukan di SMPN 19 Bandung. Komposisi soal AKM memiliki persentase yang lebih banyak. Numerasi diterapkan dalam data peseta didik melalui tabel, diagram yang memudahkan untuk melihat data. Pada Rapor Pendidikan 2022, skor literasi mencapai  89,99% dan skor numerasi mengalami kenaikan sebesar 33%.

Buku-buku hasil karya kepala sekolah, guru, dan peserta didik SMPN 19 Bandung. (Dok. Idris Apandi, 2023)

Projek Penguatan Profil Pelajar Pancasila (P5)

Berikut rincian kegiatan projek penguatan profil pelajaran Pancasila yang telah dilaksanakan di SMPN 19 Bandung:


1. Kearifan Lokal yang bertema “Cerlang Budaya” di Bulan Bahasa

Projek Kearifan Lokal yang bertema Cerlang Budaya di Bulan Bahasa dilaksanakan pada tanggal 28 Oktober 2021.

Tujuan dan manfaat dari pelaksanaan projek ini adalah untuk meningkatkan kemampuan peserta didik untuk menulis puisi selama 2 jam dan cerpen satu bulan dan  menciptakan barang guna pakai.

Tantangannya adalah dikarenakan projek ini merupakan projek pertama yang dilaksanakan oleh SMPN 19 Bandung, belum ada panduan belum sesuai dengan yang diharapkan. Manfaat anak lebih kreatif dan mandiri. Kegiatan projek ini dapat dilihat pada link Youtube: https://youtu.be/rolDmGuBb4U?si=-KKgQwNedsgkep-M.


2. Gaya Hidup Berkelanjutan yang bertema Perubahan Iklim Global

Projek Gaya Hidup Berkelanjutan yang bertema Perubahan Iklim Global dilaksanakan pada tanggal Januari sampai Maret 2022.

Tujuan dan manfaat dari pelaksanaan projek ini adalah untuk meningkatkan kompetensi peserta didik dalam pemanfaatan dan pengelolaan sampah atau barang bekas menjadi barang guna pakai dalam rangka menanggulangi permasalahan lingkungan.

Tantangannya adalah dikarenakan projek ini dilaksanakan pada saat pandemik Covid-19, sehingga jadwal pelaksanaan yang sudah dirancang mengalami beberapa perubahan dan tidak dapat maksimal dikarenakan keterbatasan waktu dan kesempatan untuk melaksanakan projek secara luring. Kegiatan projek ini dapat dilihat pada link Youtube: https://youtu.be/t7fPzHlvQn8?si=qWftrqvI4X6qP8Zy.


3. Kebhinekaan Global dengan tema Indahnya Berbagi di Bulan Suci

Projek Kebhinekaan Global dengan tema Indahnya Berbagi di Bulan Suci

dilaksanakan pada tanggal April tahun 2022.

Tujuan dan manfaat dari pelaksanaan projek ini adalah untuk meningkatkan kompetensi peserta didik dalam mengenal keanekaragaman budaya nasional dan meningkatkan rasa toleransi antar peserta didik dan rasa kepedulian terhadap lingkunga sekitar terutama anak anak yang kurang beruntung.

Tantangannya adalah dikarenakan projek ini dilaksanakan pada saat pandemik Covid-19 dan bulan suci Ramadhan, sehingga jadwal pelaksanaan yang sudah dirancang mengalami beberapa perubahan dan tidak dapat maksimal dikarenakan keterbatasan waktu dan kesempatan untuk melaksanakan projek secara luring.Kegiatan projek ini dapat dilihat pada link Youtube: https://youtu.be/t7fPzHlvQn8?si=qWftrqvI4X6qP8Zy .


4. Suara Demokrasi 

Tujuan dan manfaat dari pelaksanaan projek ini adalah untuk mengembangkan kompetensi peserta didik dalam implementasi demokrasi secara nyata yang dilaksanakan dalam bentuk pemilihan Ketua OSIS.

Tantangannya adalah belum semua peserta didik memahami pentingnya menyampaikan aspirasi dalam demokrasi. Kegiatan projek ini dapat dilihat pada link Youtube: https://youtu.be/gaIjQXlsvH4?si=SqyoSu8O_VnsgYBn.


5. Bangunlah Jiwa dan Raganya dengan tema “Mentalku Sehat, Ragaku Kuat”

Tujuan dan manfaat dari pelaksanaan projek ini adalah untuk meningkatkan kompetensi literasi peserta didik. Dalam projek ini, peserta didik diarahkan untuk dapat membuat karya literasi yang merupakan penyaluran ekspresi dirinya.

Tantangannya adalah menumbuhkan kompetensi literasi peserta didik terutama dalam minat membaca dan menulis masih membutuhkan proses yang berkelanjutan dikarenakan hal oni berkaitan dengan kebiasaan peserta didik di luar lingkungan sekolah. Kegiatan projek ini dapat dilihat pada link Youtube:


6. Kearifan Lokal dengan tema Ngamumulé Budaya Sunda

Tujuan dan manfaat dari pelaksanaan projek ini adalah untuk menumbuhkembangkan rasa cinta dan kebanggaan peserta didik terhadap budaya daerah (khususnya budaya Sunda).

Tantangannya adalah referensi terkait kebudayaan tradisional yang dimiliki peserta didik masih kurang karena motivasi membaca. Kegiatan projek ini dapat dilihat pada link Youtube: https://youtu.be/xVBSz7-WSQo?si=Du_WG_fl7kGQxz-U .m


7. Gaya Hidup Berkelanjutan 

Kegiatan projek ini dapat dilihat pada link Youtube: https://youtu.be/BiuKMBOX0v0?si=vDJvbFg_ZWGFgpH9 .


8. Kewirausahaan 

Tujuan dan manfaat dari pelaksanaan projek ini adalah untuk menumbuhkembangkan,jiwa ulet,kerja keras dan jiwa wirausaha melalui kolaborasi dengan dunia usaha.Kegiatan projek ini dapat dilihat pada link Youtube: https://youtu.be/eNhHNRMe_BM?si=Npxcvl6DW9sP35nV .

Peserta didik SMPN 19 Bandung sedang melakukan Projek Penguatan Profil Pelajar Pancasila. (Dok. SMPN 19 Bandung)
Salah satu produk Projek Penguatan Profil Pelajar Pancasila projek Peserta didik SMPN 19 Bandung. (Dok. Idris Apandi 2023)

7 PENYEBAB MUNCULNYA POLEMIK PPDB

7 PENYEBAB MUNCULNYA POLEMIK PPDB

Pelaksanan Penerimaan Peserta Didik Baru (PPDB) setiap tahun selalu memunculkan polemik dan mendapatkan sorotan banyak pihak. Orang tua yang anaknya tidak diterima di sekolah negeri banyak yang mengeluh. Katanya wajib belajar, tetapi mau menyekolahkan anak saja susah. Belum lagi biaya sekolah makin mahal. Itulah keluhan mayoritas orang tua pada saat PPDB.
Menurut saya, ada 7 faktor yang menyebabkan munculnya polemik saat PPDB. (1) masih adanya pola pikir negeri minded. Orang tua merasa bangga kalau dapat menyekolahkan anaknya di sekolah negeri. Masih ada orang tua yang menilai mutu sekolah negeri lebih baik dari sekolah swasta sehingga sekolah swasta dianggap sebelah mata.

(2) masih adanya mindset sekolah pavorit dan nonpavorit. Pemerintah sebenarnya tidak mendikotomikan atau melabeli sekolah pavorit dan nonpavorit. Tetapi di lingkungan masyarakat label tersebut sudah lama muncul. Sebuah sekolah dilabeli sebagai sekolah pavorit biasanya dikaitkan lulusannya yang diterima di Perguruan Tinggi Negeri (PTN) pavorit dan terkenal, mutu gurunya yang bagus, mutu sarana-prasarananya yang memadai, dan lokasi sekolah yang strategis. Orang tua yang berasal dari ekonomi mapan berani membayar mahal asal anaknya masuk sekolah negeri pavorit. Pendaftar ke sekolah pavorit selalu membludak, melebihi kuota yang telah ditentukan. Bahkan jauh-jauh hari sebelum dibuka PPDB, sudah ada waiting list. Hal ini yang kadang mengundang potensi pelanggaran terhadap aturan PPDB.

Label sekolah nonvapavorit diberikan kepada sekolah yang memiliki ciri kebalikan dari sekolah nonvaporit. Mereka adalah sekolah dengan kualitas rata-rata bahkan dicap bermutu rendah. Sekolah model seperti ini kurang dilirik oleh orang tua peserta didik. Dampaknya, sekolah seperti ini kekurangan murid bahkan ada yang sampai ditutup.

(3) Jumlah sekolah negeri belum merata dan belum proporsional dalam satu kecamatan. Kebutuhan suatu wilayah terhadap sekolah tentunya bervariasi. Disesuaikan dengan jumlah penduduk usia sekolah, radius, dan jarak antarwilayah. Daerah yang penduduk usia sekolahnya padat walau luas geografisnya tidak terlalu luas tentunya memerlukan sekolah yang lebih banyak dibandingkan dengan daerah yang luas tetapi jumlah penduduk usia sekolahnya sedikit. Dengan adanya sistem zonasi, orang tua berebut masuk ke sekolah negeri terdekat. Kadang saat rumah orang tua sekitar 500 meter saja, sudah tidak dapat diterima melalui sistem zonasi karena banyak pendaftar.

Berkaitan dengan sarana dan prasana sekolah, Kemendikbudristek telah menerbitkan Permendikbudristek Nomor 22 Tahun 2023 tentang Standar Sarana Dan Prasarana Pada Pendidikan Anak Usia Dini, Jenjang Pendidikan Dasar, dan Jenjang Pendidikan Menengah sebagai pedoman pengadaan fasilitas belajar termasuk kaitannya dengan kebutuhan ruang belajar. Selain itu, pemerintah daerah dapat menggunakan Standar Pelayanan Minimal (SPM) dalam bidang pendidikan dan data rapor pendidikan sebagai dasar pengadaan sekolah, ruang belajar, atau sarana lainnya.

Sepanjang jumlah sekolah negeri pada wilayah kecamatan belum proporsional dan sesuai dengan kebutuhan, maka rebutan bangku sekolah negeri akan tetap terjadi. Kalau pun ada rencana pembangunan sekolah negeri, bukan berarti selalu mendapatkan sambutan yang positif. Kadang, rencana pembangunan sekolah negeri di sebuah kecamatan mendapatkan penolakan dari pengelola sekolah swasta yang khawatir adanya sekolah negeri akan mengancam keberadaan sekolah swasta.

(4) masih rendahnya mutu dan daya saing sekolah swasta. Saya mengamati, jika mutu sekolah swasta dibagi menjadi dua, ada sekolah swasta yang mutunya tinggi dan ada yang mutunya relatif rendah. Sekolah swasta yang mutu tinggi ditopang oleh yayasan yang kuat, guru yang bermutu, sarana-prasarana, dan tentunya partisipasi biaya dari orang tua peserta didik yang cukup besar. Sedangkan sekolah swasta yang mutunya relatif rendah pada umumnya memang dengan kondisi yang serba terbatas, baik dari sisi pendanaan, sarana-prasarana, dan mutu guru. Ada sekolah swasta yang menggratiskan biaya sekolah karena yang diterimanya adalah peserta didik dari kalangan ekonomi tidak mampu atau anak yatim, sehingga yayasan sangat bergantung kepada donasi atau sumbangan dari pihak lain, kecuali kalau pengelola yayasan memiliki back up badan usaha atau sumber pendanaan lain.

(5) biaya sekolah swasta berkualitas mahal sehingga tidak terjangkau oleh orang tua dari kalangan miskin. Tidak bisa dipungkiri bahwa pendidikan yang layak dan berkualitas tidak akan lepas dari pembiayaan yang memadai. Oleh karena itu, orang tua yang berasal dari kalangan mampu tidak mempersoalkan jumlah biaya yang dikeluarkan oleh mereka, asal sekolah dapat memberikan layanan pendidikan yang berkualitas bagi anaknya.
Hal ini dapat dijumpai di sekolah-sekolah yang dikelola oleh yayasan yang bonafid. Biaya daftar dengan berbagai pernak-perniknya bisa mencapai belasan sampai puluhan juta. Belum lagi SPP dan biaya lainnya. Walau mahal, tetapi pendaftar ke sekolah tersebut tetap banyak karena dikenal berkualitas oleh masyarakat. Walau demikian, masyarakat yang ekonominya lemah tidak dapat mengakses layanan pendidikan di sekolah-sekolah yang mahal karena terkendala biaya.

(6) biaya sekolah negeri yang (dibuat) gratis menjadi daya tarik orang tua menyekolahkan anak, walau pun mampu ikut membiayai pendidikan. Pendidikan gratis atau sekolah gratis pada jenjang pendidikan dasar (SD dan SMP) merupakan amanat UUD 1945. SD dan SMP mendapatkan Bantuan Operasional Sekolah (BOS) dari pemerintah.

Pada jenjang pendidikan menengah pun (SMA dan SMK), biaya pendidikan digratiskan. Hal ini tidak lepas dari janji politik kepala daerah. Oleh karena itu, walau mungkin bantuan yang diterima oleh SMA dan SMK belum menutupi kebutuhan sekolah, mereka dilarang melakukan pungutan, karena disamping akan memberatkan orang tua (khususnya yang tidak mampu), juga akan berdampak terhadap citra politik kepada daerah terpilih yang dianggap tidak menepati janji kampanye sehingga bisa berdampak terhadap peluang keterpilihannya pada pilkada periode berikutnya.

(7) adanya upaya untuk mengakali dan menyiasati aturan PPDB dengan berbagai modus, seperti titip nama anak di KK saudara. Bahkan di sebuah daerah, ada satu rumah dengan alamat yang sama ditempati oleh enam KK. Hal itu tentunya sangat tidak logis. Jual beli bangku sekolah juga merupakan modus yang sudah sering kita dengar. Hal ini tidak lepas dari ambisi orang tua yang memaksanakan anaknya masuk ke sekolah tertentu dan adanya peluang yang ditawarkan oleh oknum tertentu.

Regulasi, panduan, juklak dan juknis PPDB sudah dibuat baik oleh pemerintah pusat maupun pemerintah daerah. Jika semua pihak taat dan patuh terhadap regulasi yang ada, maka proses PPDB dapat dipastikan berjalan dengan penuh integritas, objektif, dan akuntabel. Mengapa polemik masih terjadi saat PPDB? Karena masih ada upaya menyiasati aturan yang ada. Seketat apapun sebuah aturan, kalau tidak ada komitmen untuk dilaksanakan dengan baik, maka akan terus dicari celah dan kelemahannya. Yuk, jadikan proses PPDB bermartabat dan tidak memunculkan berpolemik melalui ketaatan terhadap aturan yang telah ditetapkan.

TAMAN SEKOLAHKU SUMBER BELAJARKU

TAMAN SEKOLAHKU SUMBER BELAJARKU

Garut, Juni 2024, – Sejalan dengan implementasi kurikulum merdeka, sekolah diharapkan bisa menerapkan pembelajaran berdiferensiasi, yaitu pembelajaran yang disesuaikan dengan gaya belajar, minat, dan kebutuhan peserta didik. Menyikapi hal tersebut, SDN 02 Ciburial Kec. Leles Kab. Garut melakukan berbagai upaya untuk melaksanakan pembelajaran berdiferensiasi sebagai wujud pembelajaran yang berpihak pada peserta didik. Salah satunya dengan mengoptimalkan taman sekolah sebagai sumber pembelajaran.

Windi Wulan Sari, Kepala SDN 02 Ciburial menyatakan bahwa dibuatnya taman sekolah dilatarbelakangi oleh beberapa hal. (1) sebagai program penghijauan, untuk menciptakan lingungan sekolah yang aman dan nyaman untuk proses belajar. (2) memperindah dan mempercantik lingkungan sekolah. (3) sarana melatih karakter peserta didik, khususnya terkait cinta lingkungan. (4) taman sekolah dapat dijadikan sebagai salah satu sumber belajar sekaligus tempat bermain.

Setiap hari peserta didik bergantian atau dijadwal menyiram tanaman baik yang ada di tamaan maupun yang ada di green house. Ada pula yang memberi makan kelinci dan ikan. Hal ini bisa menjadi sebuah pembiasaan yang sangat baik bagi peserta didik. Kegiatan tersebut menjadi sarana untuk membangun karakter peserta didik seperti cinta lingkungan, cinta makhluk hidup (hewan dan tumbuhan), cinta kebersihan, peduli, tanggung jawab, mandiri, gotong royong, kreativitas, bersyukur, dan sebagainya. Orang tua peserta didik pun merasa senang dengan adanya taman sekolah karena sekolah menjadi lebih indah, lebih hijau, dan lebih tertata rapi.

(Peserta didik sedang merawat tanaman. Dok. SDN 02 Ciburial)

Di taman sekolah tersebut, ditanami beberapa jenis bunga. Kemudian, ada tempat cuci tangan, kandang kelinci, kolam ikan, tempat sampah plastik, dan green house. Pada setiap bunga yang ditanam, dicantumkan identitas tanaman yang disertai dengan barcode informasi lebih lanjut terkait dengan tanaman tersebut. Tujuannya selain menumbuhkan karakter cinta lingkungan, hewan, dan tumbuhan, juga agar peserta didik melek teknologi di era digital. Teknologi digital memang sudah dimanfaatkan di sekolah ini seperti layanan administrasi, dokumentasi, data pendidik, tenaga kependidikan, dan peserta didik, serta proses pembelajaran. Di era digitalisasi saat ini, penggunaan teknologi digital tidak dapat dihindari sehingga sekolah harus bisa beradaptasi dengan perkembangan.

Tanaman, hewan, dan benda-benda yang berada di lingkungan sekolah dijadikan sebagai sumber belajar pada berbagai tema atau berbagai mata pelajaran. Pada praktiknya, diserahkan kepada guru. Disesuaikan dengan situasi, kondisi, dan kebutuhan. Aktivitas pembelajaran yang dilakukan peserta didik di taman seperti observasi, tanya jawab, mencari dan menemukan (inquiry and discovery). Melalui pemanfaatan taman sekolah, peserta didik pun bisa melakukan proyek pembelajaran. Misalnya peserta didik menanam sebuah tanaman. Kemudian perkembangannya setiap hari dipantau, dirawat, disiram, hingga tanaman tersebut dapat tumbuh dengan baik dalam rentang waktu tertentu. Hasil pengamatan dilaporkan dalam bentuk laporan singkat. Melalui laporan

Taman sekolah selain digunakan sebagai sumber belajar, juga dimanfaatkan untuk membaca buku, berdiskusi, istirahat, dan bersenda gurau dengan teman. Adanya taman di SDN 02 Ciburial menjadikan sumber belajar menjadi lebih bervariasi. Lingkungan yang hijau dan asri bisa meningkatkan motivasi belajar peserta didik. Guru juga bisa semakin kreatif dalam memanfaatkan lingkungan belajar. Keterbatasan sarana dan sumber belajar melalui teknologi dapat diatasi dengan pemanfaatan benda-benda di lingkungan sekolah.

(Peserta didik sedang membuat pupuk dari sampah organik. Dok. SDN 02 Ciburial)

Peserta didik merasakan dampak positif dari pemanfaatan taman sekolah. Salah peserta didik menyampaikan bahwa dia merasa senang kalau belajar di luar kelas. Dia dan teman-temannya suka mengamati benda-benda di sekitar sekolah. Dia beserta teman-temannya mendapatkan pengalaman baru melalui pembelajaran di luar kelas.

Pemanfaatan lingkungan sebagai sumber belajar dapat menjadi alternatif agar pembelajaran berlangsung dengan menyenangkan, bermakna, dan mengusir rasa bosan. Tinggal bagaimana guru secara kreatif memanfaatkan lingkungan tersebut dalam proses pembelajaran. Aktivitas belajar di luar kelas dapat merangsang kemampuan berpikir kritis peserta didik melalui observasi, tanya jawab, dan diskusi.

(Peserta didik sedang menghias dan membuat prakarya untuk memperindah taman sekolah. Dok. SDN 02 Ciburial).

Dalam konteks penguatan literasi dan numerasi, taman sekolah pun dapat menjadi sarana penguatan literasi dan numerasi peserta didik. Misalnya pengetahuan dan identifikasi terkait jenis dan nama taman, cara merawat, cara menyiram, mengenal dan menghitung bagian-bagian tanaman, menghitung kebutuhan air untuk menyiram tanaman, dan sebagainya.

(Beberapa jenis tanaman berjejer di green house. Dok. SDN 02 Ciburial)

Hal yang dilakukan oleh SDN 02 Ciburial Kec. Leles Kab. Garut bisa menjadi inspirasi bagi sekolah-sekolah lainnya. Mungkin saja sekolah yang lain pun sudah memiliki taman sekolah, tinggal dimanfaatkan sebagai sumber dan media pembelajaran. Ayo wujudkan pembelajaran berdiferensiasi melalui pemanfaatan taman sekolah.

KADISDIK SUMEDANG SAMPAIKAN 3 AKSELERASI PENGEMBANGAN KOMPETENSI GURU DALAM LITERASI NUMERASI

KADISDIK SUMEDANG SAMPAIKAN 3 AKSELERASI PENGEMBANGAN KOMPETENSI GURU DALAM LITERASI NUMERASI

Sumedang, 13062024, WK, – Kepala Dinas Pendidikan Pendidikan Kabupaten Sumedang, Dr. H. Dian Sukmara, M.Pd. menjadi salah satu narasumber yang diundang pada kegiatan Fasilitasi Pengimbasan Penguatan Literasi dan Numerasi di Hotel Gumilang Regency Bandung, 12 Juni 2024, pada kesempatan tersebut, Dian menyampaikan 3 (tiga) program akselerasi peningkatan mutu literasi dan numerasi di Kabupaten Sumedang.

Pertama, dalam konteks regulasi, Dinas Pendidikan Kabupaten Sumedang telah membuat Surat Edaran yang ditujukan kepada seluruh kepala TK negeri dan swasta, Kepala Kelompok Belajar, Kepala Sekolah Dasar negeri dan swasta, dan Kepala Sekolah Menengah negeri dan swasta. SE yang dikeluarkan tanggal 12 Juni 2024 tersebut berisi himbauan Pemanfaatan Dana BOS/BOP untuk Pengembangan Profesi Pendidik dan Tenaga Kependidikan, khususnya dalam kecakapan literasi dan numerasi.

Pada APBD tahun 2024, Dinas Pendidikan Kabupaten Sumedang menganggarkan anggaran untuk pelaksanaan program pelatihan, pengadaan sarana dan prasarana, dan penyediaan buku non-teks, monitoring dan evaluasi, pelaporan, dan peningkatan kersajama.

Kedua, penguatan Komunitas Belajar (Kombel) melalui program jambore literasi dan numerasi, kunjungan antarkomunitas belajar untuk saling berbagi  pengalaman dan praktik terbaik, pengembangan  bersama sumber belajar, lomba inovasi pembelajaran, dan publikasi hasil karya komunitas belajar. Optimalisasi Kombel fokus pada pembelajaran, membudayakan budaya kolaborasi dan tanggung jawab kolektif, dan  berorientasi pada (hasil) pembelajaran murid.

Ketiga, penguatan kemampuan pelaksanaan pembelajaran berbasis aktivitas literasi dan numerasi melalui kegiatan readathon, GASING, Proyek Penguatan Profil Pelajar Pancasila (P5) dengan istilah “CANTIK PERKASA” yang merupakan akronim dari CerdAs, Nyunda, eksoTIK, berbasis kasih SAyang. Kemudian ada program paket geulis, dan Sumedang Simpati Academy.

Readathon

Secara etimologis, istilah readathon berasal dari dua kata, yaitu read (membaca) dan marathon (lari jarak jauh). Secara semantis leksikal, readathon berarti membaca bersama-sama dalam jangka waktu tertentu tanpa berhenti dalam keadaan senyap. Tujuannya menumbuhkan minat dan motivasi membaca, rasa cinta buku, membiasakan membaca secara aktif, dan membangkitkan semangat akan pentingnya ilmu pengetahuan yang diperoleh dari kegiatan membaca buku. Bentuk kegiatannya Sesi Membaca Bersama (Read-Aloud): Guru dan siswa membaca buku di lapang upacara, sementara siswa lainnya mendengarkan. Sesi ini bisa diikuti dengan diskusi atau tanya jawab untuk meningkatkan pemahaman dan keterlibatan siswa. Hasil bacaan ditulis dalam buku catatan khusus literasi dan sesi menceritakan kembali hasil yang dibacanya.

Metode GASING

Metode GASING adalah salah metode inovatif yang diterapkan dalam pembelajaran untuk meningkatkan literasi dan  numerasi peserta didik di Kabupaten Sumedang. GASING adalah akronim dari Gampang, AsIk, dan menyenaNGkan.

Gasing merupakan metode pembelajaran matematika dengan langkah demi langkah yang membuat anak menguasai matematika secara gampang, asyik dan menyenangkan. Metode ini dikembangkan oleh Prof. Yohanes Surya. Tujuannya; (1) memberikan pengetahuan bidang matematika untuk siswa dan guru tingkat Sekolah Dasar di lingkungan Dinas Pendidikan Kabupaten Sumedang. (2) mengembangkan kemampuan siswa dan guru sebagai peserta sekaligus pendamping dalam hal penyelesaian masalah pembelajaran di sekolah, dan (3) menggali kemampuan belajar matematika dengan metode GASING yakni gampang, asyik dan menyenangkan.

Bentuk kegiatannya, Dinas Pendidikan Kabupaten Sumedang bekerjasama dengan Yayasan Teknologi Indonesia Jaya (YTIJ). Kegiatan dilaksanakan di SDN Manangga selama 15 hari, yaitu dari tanggal 1 s.d. 17 Februari 2023. Kegiatan diikuti oleh 78 peserta, terdiri dari 26 guru dan 52 peserta didik SD berasal dari 26 Kecamatan se-Kabupaten Sumedang. Program GASING sudah diimbaskan sejak Februari s.d. Agustus 2023 melalui pola ToT (Training of Trainer), pengimbasan ke Trainer, pengimbasan ke fasilitator, hingga ke semua guru dan peserta didik di Kabupaten Sumedang.

CANTIK PERKASA

P5 “CANTIK PERKASA“ (CerdAs, Nyunda, eksoTIK, berbasis kasih SAyang) di Kabupaten Sumedang terinspirasi oleh perjuangan Wa Een (Een Sukaesih), seorang guru inspiratif dari Kabupaten Sumedang. Dalam keadaan sakit dan lumpuh masih mau mengajar murid-muridnya. Een pernah dikunjungi oleh Presiden Soesilo Bambang Yudhoyono beserta ibu Ani Yudhoyono tahun 2014.

Een adalah guru tidak mau mengalah dalam menghadapi tantangan, sehingga semangatnya harus jadi inspirasi dan motivasi untuk membangun pendidikan di Kabupaten Sumedang. Nilai kearifan lokal dan inspirasi dari Een Sukaesih, pahlawan pendidikan Kabupaten Sumedang harus disampaikan kepada generasi muda dan peserta didik di Kabupaten Sumedang khususya dan Jawa Barat pada umumnya.

P5 CANTIK PERKASA adalah strategi transformasi budaya mewujudkan Profil Pelajar Pancasila. Tujuannya untuk mewujudkan terciptanya sinergitas pengembangan system ilmu pengetahun dalam kurikulum persekolahan dengan kearifan lokal tempat siswa berada dan melangsungkan kehidupan dengan prinsip belajar sepanjang hayat. Sedangkan bentuk kegiatannya penelusuran, penggalian, penampilan dan pengembangan potensi  keberagaman dan keunggulan karaktistik wilayah.

Paket Geulis

Paket Geulis adalah program kesetaraan terintegrasi melalui Digitalisasi perpustakaan Berbasis Inklusi sosial. Tujuannya Kolaborasi organisasi perangkat daerah (Disdik, Dispusipda, Pemerintah Desa, Disdikcapil dan organisasi sosial masyarakat lainnya) meningkatkan angka partisipasi sekolah dan RLS. Bentuk kegiatannya Penyelenggaraan PKBM secara terstruktur, massif dan sistemik diseluruh wilayah Dea/Kota di Kab. Sumedang.

Sumedang Simpati Academy (SSA)

SSA adalah pelatihan daring melalui Platform Sumedang Simpati Academy. T ujuan Dari Simpati Academy adalah untuk meningkatkan Kompetensi pegawai termasuk pendidik dan tenaga kependidikan melalui pelatihan berbasis daring yang dapat diakses dimana saja dan kapan saja. Kegiatan berupa pelatihan melalui LMS baik secara Synchronous maupun Asynchronous. Capaiannya adanya peningkatan kualitas pegawai, termasuk pendidik dan tenaga kependidikan di Kabupaten Sumedang.

Kareta Sobat

Kareta Sobat (Kendaraan Rekreatif Edukatif Sarana Kolaborasi BBGP Jawa Barat) adalah salah satu inovasi Balai Besar Guru Penggerak Jawa Barat yang diluncurkan pada kegiatan Semarak Karya Transformasi Pendidikan Berbasis Komunitas Belajar. Tujuannya Budaya dan kearifan lokal menjadi warna dalam khazanah kekayaan bangsa yang sudah semestinya kita pelihara dan dilestarikan melalui pendidikan berbasis budaya dan kearifan lokal. Bentuk kegiatannya mendekatkan layanan BBGP ke tempat yang sulit dijangkau, serta dapat mengenalkan budaya leluhur sunda kepada guru dan tenaga kependidikan lainnya dalam rangka membangun identitas atau Jatidiri Bangsa.

e-Pelita Mobil

e-Pelita Mobil adalah Aplikasi perlindugan bullying terhadap anak pada sekolah di lingkungan Dinas Pendidikan Kab. Sumedang. Tujuannya: (1) mendeskripsikan gambaran umum kasus kekerasan di Kabupaten Sumedang. (2) merumuskan langkah-langkah praktis perlindungan peserta didik terhadap Bullying melalui e-Pelita. (3) menguatkan perlindungan terintegrai yang aman bagi peserta didik  dalam pelaporan Bullying  secara digital pada e-Pelita. (4) melibatkan para pihak khususnya orang tua dalam memberikan perlidungan, pencegahan, pengendalian bullying terhadap anak melalui e-pelita.

Berbagai program peningkatan mutu pendidikan di Kabupaten Sumedang berdampak terhadap capaian rapor pendidikan Kabupaten Sumedang. Capaian literasi tahun 2024 SD Umum negeri dan swasta masuk kategori BAIK sebesar 84,59%. Naik 13,84% dari 2023 (70,75%). SMP umum negeri dan swasta masuk kategori BAIK sebesar 80,73%. Naik 10,64% dari tahun 2023 (70,09%). Pada aspek numerasi, SD Umum negeri dan swasta masuk kategori BAIK sebesar 79,54%. Naik 25,94% dari 2023 (53,6%). SMP umum negeri dan swasta masuk kategori BAIK sebesar 76,26%. Naik 28,01% dari tahun 2023 (48,25%). Capaian iklim kemanan, capaian karakter, capaian iklim kebinekaan, dan capaian iklim inklusivitas juga mengalami kenaikan dengan kategori BAIK.

Paparan Dian Sukmara menginspirasi peserta dari daerah lainnya. Bahkan dalam sesi tanya jawab, ada peserta yang ingin berkunjung dan melakukan studi tiru peningkatan mutu pendidikan, khususnya terkait literasi numerasi. Menyikapi hal tersebut, Dian menyambutnya dengan tangan terbuka.

Pada kesempatan itu pula, Dian yang juga seorang penulis, hobi menulis, dan pernah menjabat rektor Universitas 11 April Sumedang tersebut menyampaikan apresiasi kepada BBPMP Provinsi Jawa Barat yang telah memfasilitasi advokasi peningkatan mutu literasi dan numerasi kepada pemerintah daerah. Hal ini dapat memotivasi dan menjadi trigger untuk semakin membangun kesadaran bersama terkait pentingnya penguatan literasi dan numerasi dalam pembelajaran. Kolaborasi dan komunikasi yang baik berbagai pemangku kepentingan menjadi kata kunci dalam peningkatan mutu literasi dan numerasi di daerah. Komunikasi yang baik dengan pimpinan level atas pun menjadi kunci penting implementasi program, imbuhnya. (IA).

MPLS YANG BERMAKNA DAN MENYENANGKAN

MPLS YANG BERMAKNA DAN MENYENANGKAN

Tahun Ajaran 2023/2024 akan segera bergulir. Orang tua, apalagi orang tua peserta didik baru akan sangat disibukkan dengan kegiatan mengantar anak ke sekolah dan Masa Pengenalan Lingkungan Sekolah (MPLS). MPLS biasanya dilaksanakan selama 3 hari. Dalam menghadapi MPLS, sekolah membentuk panitia dan menyusun pedomannya. Tujuannya agar kegiatan tersebut berjalan lancar. Pengurus OSIS pun ada yang dilibatkan untuk membantu pelaksanaan MPLS.

Sejatinya, MPLS memiliki beberapa tujuan seperti (1) menyampaikan visi dan misi sekolah, (2) memperkenalkan lingkungan sekolah, pendidik, dan tenaga kependidikan sekolah, (3) menyampaikan informasi terkait kurikulum sekolah (pembiasaan, kegiatan intrakurikuler, dan kegiatan ekstrakurikuler), (4) menyosialisasikan tata tertib sekolah, (5) menumbuhkan etika, cara bergaul, dan berkomunikasi, (6) mengenali potensi peserta didik baru (asesmen diagnostik).

(7) menumbuhkan perilaku postif seperti saling menghormati, saling menghargai, kemandirian, kepercayaan diri, dan tanggung jawab (pendidikan karakter/profil pelajar Pancasila), (8) sarana adaptasi peserta didik baru dengan lingkungan sekolah yang baru, dan (9) kesempatan untuk saling mengenal antara sesama peserta didik baru.
Kegiatan MPLS harus menggunakan paradigma baru, harus bermanfaat, bermartabat, dan memberikan kesan yang positif, serta memberikan pengalaman yang bermakna bagi peserta didik baru. Sebagai keluarga yang baru, tentunya mereka perlu disambut dengan penuh suka cita dan kegembiraan dalam suasana yang hangat oleh kepala sekolah, guru, tenaga kependidikan, dan kakak-kakak kelasnya supaya pada peserta didik baru tersebut merasa diakui keberadaannya dan merasa nyaman di rumah baru mereka.

“Kesan pertama begitu menggoda. Selanjutnya terserah Anda.” Kalimat tersebut merupakan ciri khas dari sebuah program parfum yang sudah banyak dikenal oleh masyarakat. Begitu pun dalam konteks MPLS. Kesan yang didapatkan oleh peserta didik baru pada masa MPLS akan berpengaruh terhadap semangat belajarnya. Kalau kesannya positif, hal tersebut bisa menjadi motivasi dan energi bagi mereka dalam mengikuti proses belajar. Tetapi jika kesannya negatif, maka hal tersebut bisa menjadi pemantik ketidaknyamanan mereka dalam menjalani proses pembelajaran.

Walau pedoman teknis MPLS sudah disusun oleh pemerintah dan sekolah, tetapi dalam pelaksanaannya kadang ada saja hal-hal yang tidak sesuai dengan pedoman pelaksanaan. Kegiatan MPLS diisi dengan hal yang tidak relevan dengan tujuan MPLS itu sendiri. Peserta didik diminta membawa barang-barang “aneh”, memakai kostum dan atribut yang nyeleneh yang merepotkan orang tua dan ada beban biaya juga.

Pelaksanaan MPLS masih ada juga yang diwarnai tindakan kekerasan, khususnya dari oknum senior kepada para juniornya. Oleh karena itu, pelibatan pengurus/anggota OSIS harus selektif. Jangan ada pelibatan kakak-kakak kelas atau alumni. Acara MPLS yang dilakukan pada malam hari atau di luar sekolah juga melanggar juknis MPLS, berpotensi melahirkan tindakan kekerasan, dan hal negatif lainnya.

Berdasarkan kepada hal tersebut, perintah yang membawa barang-barang yang tidak relevan dan tidak logis, melakukan atau tidak melakukan sesuatu dengan tujuan untuk lucu-lucuan, hukuman fisik, perundungan (bullying), dan hal negatif lainnya harus secara tegas dilarang untuk dilakukan. Monitoring dan evaluasi (monev) dari berbagai pihak terkait seperti Kemendikbudristek, Dinas Pendidikan, Dewan Pendidikan, lembaga pemerhati pendidikan juga perlu dilakukan untuk memastikan agar MPLS berjalan sesuai dengan ketentuan yang berlaku.
Dalam konteks persiapan peserta didik baru mengikuti proses belajar, MPLS menjadi sarana strategis untuk mengetahui minat, potensi, dan karakter peserta didik melalui asesmen awal (diagnostik). Misalnya, peserta didik baru ditanya tentang hobi, minat, kemampuan/keunikan yang dimiliki, kebiasaannya di rumah, pergaulannya sehari-hari di lingkungan tempat tinggalnya, perasaannya selama mengikuti MPLS, harapan-harapan terhadap guru dan teman-temannya, dan sebagainya. Pengumpulan datanya bisa melalui angket, wawancara, catatan, jurnal refleksi, dan sebagainya.

Dalam konteks pendidikan karakter (profil pelajar Pancasila), MPLS bisa menjadi sarana untuk membangun karakter peserta didik melalui pengenalan dimensi-dimensi Profil Pelajar Pancasila yang dikemas dalam bentuk permainan, kuis (games), pentas seni dan kreativitas, olah raga, dan sebagainya. Dengan demikian, MPLS harus dilaksanakan sesuai dengan pedoman yang telah dibuat dan mari jadikan MPLS sebagai kegiatan yang bermakna dan menyenangkan bagi peserta didik baru sebagai modal penting memasuki proses pembelajaran. Wallaahu a’lam.

Oleh: IDRIS APANDI
(Praktisi Pendidikan)

Untuk artikel Program MPLS Transisi PAUD-SD Yang Menyenangkan dari datadikdasmen.com silakan kunjungi tautan berikut : Program MPLS Transisi PAUD-SD Yang Menyenangkan.

Skip to content