Bandung Barat, 19 Juli 2024 – Balai Besar Penjaminan Mutu Pendidikan (BBPMP) Jawa Barat menyelenggarakan kegiatan Pengolahan Hasil Pemantauan Pelaksanaan Penerimaan Peserta Didik Baru (PPDB) Tahun 2024 pada hari Jumat, 19 Juli 2024. Acara yang diadakan secara daring melalui Zoom Meeting ini diikuti oleh berbagai pihak terkait, termasuk petugas pemantauan PPDB BBPMP Jabar, panitia PPDB provinsi/kab/kota, dan perwakilan Disdukcapil Provinsi/kab/kota.
Kepala BBPMP Jabar, dalam sambutannya, menyampaikan bahwa pelaksanaan PPDB 2024 menunjukkan peningkatan kualitas dibandingkan tahun sebelumnya. Hal ini terlihat dari beberapa indikator, seperti kelancaran proses pendaftaran, berkurangnya jumlah keluhan, dan meningkatnya transparansi dalam proses penerimaan.
Namun demikian, masih terdapat beberapa kendala yang perlu dibenahi. Salah satu kendala utama adalah upaya manipulasi data oleh sebagian orang tua untuk mendapatkan tempat terbaik bagi anak mereka. Hal ini tentunya perlu ditindaklanjuti dengan lebih tegas agar proses PPDB berjalan secara adil dan transparan.
Kendala lain yang dihadapi adalah kekurangan sekolah di beberapa daerah. Hal ini menyebabkan beberapa sekolah kelebihan murid dan melebihi daya tampungnya. Untuk mengatasi hal ini, perlu dilakukan koordinasi yang lebih baik antara pemerintah pusat, pemerintah daerah, dan sekolah-sekolah swasta.
Dalam paparannya, Elsi Eka Rahmawati, S.E., M.A.P Narasumber dari PDM 05 Dit SD Ditjen PDM Kemdikbud Ristek menjelaskan bahwa PPDB 2024 telah dilaksanakan melalui beberapa tahap, mulai dari perencanaan hingga pelaksanaan. Tahap perencanaan meliputi penetapan wilayah zonasi, penentuan persentase setiap jalur penerimaan, pelibatan sekolah swasta, penyusunan juknis PPDB, pembentukan panitia, pengembangan aplikasi PPDB online, dan sosialisasi kepada masyarakat.
Pada sesi tanya jawab, beberapa peserta mengajukan pertanyaan terkait dengan pelaksanaan PPDB, seperti pengecekan NIK yang tidak aktif atau tidak sesuai, pembatasan jumlah rombel di Dapodik versi terbaru, solusi bagi siswa yang tidak mampu membayar sekolah swasta, dan mekanisme pengajuan kelas gemuk untuk sekolah yang kekurangan sekolah. Para narasumber memberikan jawaban atas pertanyaan-pertanyaan tersebut dan memberikan saran serta masukan untuk meningkatkan kualitas pelaksanaan PPDB di masa depan.
Acara ini diharapkan dapat membantu meningkatkan pemahaman dan kemampuan para peserta dalam melaksanakan PPDB yang lebih berkualitas, akuntabel, dan transparan, sehingga dapat mewujudkan mimpi anak bangsa untuk mendapatkan pendidikan yang terbaik.
Berikut beberapa poin penting dari kegiatan ini:
Pelaksanaan PPDB 2024 menunjukkan peningkatan kualitas dibandingkan tahun sebelumnya.
Masih terdapat beberapa kendala dalam pelaksanaan PPDB, seperti manipulasi data dan kekurangan sekolah.
Penting untuk terus meningkatkan kualitas pelaksanaan PPDB demi mewujudkan mimpi anak bangsa.
Dapodik versi terbaru membatasi jumlah per rombel menjadi 32 siswa.
Sekolah yang kelebihan murid dan terkunci di Dapodik dapat mengajukan pengajuan kelas gemuk, tentunya setelah dipenuhi berbagai syarat-syarat pengecualian, sebagai hasil kajian pihak Pemda.
Penting untuk meningkatkan koordinasi antara berbagai pihak terkait dalam pelaksanaan PPDB.
Bandung, 18 Juli 2024 – Ditjen PAUD Dasmen Kemendikbudristek sukses menyelenggarakan Webinar Seri 1 Rilis Dapodik Versi 2025 dengan tema “Pendataan Dapodik Tahun Ajaran 2024/2025 dan Identifikasi Siswa Inklusi di Satuan Pendidikan”. Webinar yang diadakan secara daring melalui kanal Youtube Ditjen PAUD Dasmen ini diikuti oleh lebih dari 1.000 peserta dari berbagai daerah di Indonesia.
Webinar ini menghadirkan Praptono (Sesditjen PAUD Dikdas Dikmen) sebagai keynote speaker dan narasumber yang kompeten di bidang Dapodik, yaitu Aswin Wihdiyanto dan Nandana Aditya. Secara umum dalam paparan para narasumber menjelaskan tentang berbagai pembaruan dan fitur baru pada Dapodik Versi 2025, termasuk perubahan alur pendataan, integrasi data dengan aplikasi lain, dan penyempurnaan modul-modul yang ada. Selain itu, narasumber memaparkan tentang pentingnya identifikasi siswa inklusi di satuan pendidikan. Beliau menjelaskan bahwa identifikasi ini perlu dilakukan untuk memastikan bahwa siswa inklusi mendapatkan layanan pendidikan yang sesuai dengan kebutuhannya.
Peserta Antusias
Webinar ini juga diisi dengan sesi tanya jawab yang dipandu oleh moderator Nafis Khoirul. Para peserta antusias mengajukan pertanyaan seputar aplikasi Dapodik Versi 2025 dan identifikasi siswa inklusi.
Salah satu peserta webinar, mengaku sangat terbantu dengan informasi yang disampaikan dalam webinar ini. “Webinar ini sangat bermanfaat bagi saya dan rekan-rekan di sekolah. Kami mendapat banyak informasi baru tentang Dapodik Versi 2025 dan cara mengidentifikasi siswa inklusi,” ujarnya. Peserta lain, juga memberikan apresiasi kepada Ditjen PAUD Dasmen atas penyelenggaraan webinar ini. “Terima kasih kepada Ditjen PAUD Dasmen yang telah menyelenggarakan webinar ini. Webinar ini sangat penting bagi kami para operator Dapodik,” tuturnya.
Webinar Seri 1 Rilis Dapodik Versi 2025 ini diharapkan dapat membantu para operator Dapodik dalam memahami dan menggunakan aplikasi Dapodik Versi 2025 dengan baik. Selain itu, webinar ini juga diharapkan dapat meningkatkan kesadaran tentang pentingnya identifikasi siswa inklusi di satuan pendidikan.
Untuk materi dan referensi yang terkait dengan Dapodik Versi 2025 dapat di askses pada tautan berikut.
Bandung Barat, 17/07/2024 – Masa Pengenalan Lingkungan Sekolah (MPLS) merupakan momen penting bagi peserta didik baru untuk mengenal lebih dekat program, tata kelola, sarana dan prasarana sekolah, cara belajar, serta menanamkan konsep pengenalan diri dan pembinaan awal kultur Sekolah.
Tahun Ajaran 2024/2025 ini, MPLS akan menjadi lebih istimewa dengan fokus pada internalisasi nilai-nilai Pencegahan dan Penanganan Kekerasan di Lingkungan Satuan Pendidikan (PPKSP) dan kesehatan jiwa peserta didik.
MPLS: Lebih dari Sekedar Orientasi
MPLS bukan hanya tentang orientasi sekolah, tetapi juga tentang membangun karakter dan jiwa yang sehat bagi peserta didik. Melalui kegiatan yang edukatif dan kreatif, MPLS diharapkan dapat menumbuhkan nilai-nilai positif seperti toleransi, rasa hormat, dan tanggung jawab.
Internalisasi nilai-nilai PPKSP dan kesehatan jiwa menjadi fokus utama MPLS tahun ini. Hal ini sejalan dengan amanat Permendikbudristek Nomor 46 Tahun 2023 tentang Pencegahan dan Penanganan Kekerasan di Lingkungan Satuan Pendidikan (PPKSP) dan salah satu fokus dalam Program Gerakan Sekolah Sehat (GSS) yaitu Sehat Jiwa.
Fokus pada PPKSP dan Kesehatan Jiwa
Kemendikbudristek telah menyediakan panduan sosialisasi PPKSP pada saat pelaksanaan MPLS yang dapat diakses di http://bit.ly/panduanmpls-ppksp. Panduan ini berisi materi yang sederhana dan efektif untuk digunakan di setiap jenjang pendidikan. Panduan ini berisi materi yang sederhana dan efektif untuk digunakan di setiap jenjang pendidikan. Berikut beberapa aktivitas MPLS yang terdapat pada panduan tersebut.
Aktivitas MPLS PAUD
Mengajak peserta didik untuk melakukan ice breaking: 10 menit
Mengajak orang tua untuk menciptakan lingkungan belajar yang inklusif, berkebinekaan, dan aman bagi semua: 25 menit
Mengajak peserta didik untuk menonton film pendek pencegahan kekerasan: 20 menit
Mengajak peserta didik untuk mengenali emosi diri dengan aktivitas roda dan perasaan: 15 menit.
Melakukan deklarasi anti kekerasan: 20 menit.
Aktivitas-aktivitas di atas bisa dilakukan secara berurutan selama 90 menit. Tentunya, penyelenggara dapat melakukan adaptasi penyesuaian waktu sesuai dengan rencana yang telah dipersiapkan. Kegiatan-kegiatan tersebut juga bisa dimanfaatkan guru dalam proses belajar mengajar di kelas.
Aktivitas MPLS SD
Mengajak peserta didik untuk melakukan ice breaking: 10 menit
Mengajak peserta didik untuk menciptakan lingkungan belajar yang inklusif, berkebinekaan, dan aman bagi semua: 25 menit.
Mengajak peserta didik untuk menonton film pendek pencegahan kekerasan: 20 menit.
Memainkan permainan Boleh dan Tidak Boleh: 5 menit.
Mengajak peserta didik untuk mengenali emosi diri dengan Roda dan Catatan Perasaan: 15 menit.
Memasang poster bentuk-bentuk kekerasan: 15 menit
Kegiatan-kegiatan di atas dapat dilakukan secara berurutan dalam waktu 90 menit.
Aktivitas MPLS SMP
Mengajak peserta didik untuk melakukan ice breaking: 10 menit
Mengajak peserta didik untuk menciptakan lingkungan belajar yang inklusif, berkebinekaan, dan aman bagi semua: 25 menit
Mengajak siswa untuk menonton bareng film pendek pencegahan kekerasan
Memainkan permainan Mitos dan Fakta: 5 menit
Mengembangkan komitmen dan harapan melalui Kotak Harapan: 15 menit
Memasang poster bentuk-bentuk kekerasan di sekolah: 15 menit
Melakukan Deklarasi Antikekerasan: 30 menit
Menyebarkan aksi melalui kampanye media sosial: 15 menit
Aktivitas kreatif untuk MPLS 2024 jenjang SMP di atas bisa dilakukan secara berurutan dalam waktu 135 menit.
Aktivitas MPLS SMA 2024
Mengajak peserta didik untuk melakukan ice breaking: 10 menit
Mengajak peserta didik untuk menciptakan lingkungan belajar yang inklusif, berkebinekaan, dan aman bagi semua: 25 menit
Mengajak siswa untuk menonton film pendek pencegahan kekerasan: 20 menit
Memainkan permainan Mitos dan Fakta: 5 menit
Mengembangkan komitmen dan harapan melalui Kotak Harapan: 15 menit
Memasang poster bentuk-bentuk kekerasan di sekolah: 15 menit
Melakukan Deklarasi Antikekerasan: 30 menit
Menyebarkan aksi melalui media sosial: 15 menit
Daftar kegiatan MPLS SMA di atas dapat dilaksanakan secara berurutan selama 135 menit.
Mari ciptakan MPLS yang berkesan dan bermanfaat bagi peserta didik kita!
Bandung Barat, 13 Juli 2024 – Balai Besar Penjaminan Mutu Pendidikan (BPMP) Provinsi Jawa Barat sukses menyelenggarakan webinar bertajuk “Peran Orang Tua dalam Mendukung Gerakan Transisi PAUD SD yang Menyenangkan” pada Sabtu, 13 Juli 2024. Acara yang diadakan secara daring melalui Zoom dan YouTube ini menarik perhatian luar biasa, dengan total peserta mencapai 1000 (seribu) orang di Zoom dan 22000 (dua puluh dua ribu) orang di live streaming YouTube.
Kepala BBPMP Jawa Barat, Sriwahyuningsih, membuka webinar dengan menekankan pentingnya transisi PAUD SD yang menyenangkan bagi peserta didik. “Dua minggu pertama sekolah merupakan gerbang pertama bagi anak-anak untuk memasuki fase transisi PAUD-SD,” tutur beliau. “Terbangunnya transisi yang menyenangkan membutuhkan kerja sama semua pihak, termasuk orang tua, Bunda PAUD, dan satuan pendidikan.”
Sisilia Maryani, narasumber dalam webinar ini, menjelaskan lebih lanjut tentang peran orang tua dalam mendukung proses transisi. “Tidak semua anak mengalami proses penguatan kemampuan fondasi dengan baik,” jelasnya. “Oleh karena itu, diperlukan pembinaan yang tepat untuk membangun kemampuan dasar secara bertahap, bermakna, dan menyenangkan. Pastikan tidak ada patahan pembelajaran antara PAUD dan SD.” Beliau pun membagikan beberapa ide kegiatan bermain yang membangun kemampuan fondasi anak.
Sri Lilis Herliyanti, PIC PDM 09, menutup webinar dengan menyampaikan harapannya kepada orang tua dan Bunda PAUD. “Mari ajak anak-anak untuk mulai bersosialisasi dan membantu mereka beradaptasi dengan lingkungan baru, mengenal teman baru, guru baru, dan tempat baru,” pesannya. “Bunda PAUD juga diharapkan dapat mendampingi satuan pendidikan dalam memastikan tidak ada tes calistung pada Penerimaan Peserta Didik Baru (PPDB), menerapkan MPLS bagi peserta didik baru selama dua minggu pertama, dan menerapkan pembelajaran yang membangun enam kemampuan fondasi anak di PAUD dan SD.”
Webinar ini memberikan pemahaman penting bagi orang tua dan Bunda PAUD tentang peran mereka dalam mendukung Gerakan Transisi PAUD SD yang Menyenangkan. Melalui kerja sama dan sinergi antara orang tua, Bunda PAUD, dan satuan pendidikan, diharapkan anak-anak dapat melalui masa transisi dengan lancar dan menyenangkan, serta siap untuk memulai jenjang pendidikan selanjutnya dengan penuh semangat.
Tahun ajaran baru diawali dengan Masa Pengenalan Peserta Didik Baru (MPLS). Disamping berpedoman kepada program MPLS yang telah dibuat oleh pemerintah, sekolah bisa membuat program-program kreatif yang tujuannya untuk menyambut, melahirkan kesan positif, menumbuhkan rasa senang, serta memantik semangat belajar peserta didik baru.
MPLS dilaksanakan mulai dari 3 hari sampai dengan 2 minggu. Materi yang diberikan mulai dari perkenalan calon peserta didik baru, perkenalan pendidik dan tenaga kependidikan di sekolah, observasi lingkungan sekolah, kegiatan intrakurikuler, kokurikuler, dan ekstrakurikuler. Berbagai kegiatan ekstrakurikuler biasa ditampilkan pada saat MPLS. Selain bentuk sosialisasi dan promosi, hal ini juga sebagai upaya untuk menarik minat peserta didik baru untuk mengikuti kegiatan ekstrakurikuler di sekolah.
MPLS juga diisi dengan permainan dan ice breaking sebagai bentuk hiburan dan mengusir rasa bosan peserta didik baru. Sudah bukan musimnya lagi pada saat MPLS, peserta didik baru diberikan tugas yang aneh-aneh yang kadang tidak ada relevansinya dengan tujuan MPLS sendiri karena hal tersebut hanya menyulitkan dan berpotensi melahirkan perpeloncoan dan perundungan terhadap peserta didik baru.
Dibalik program dan kegiatan yang sudah disusun oleh sekolah selama MPLS, agar kegiatan ini bermakna, daripada sekolah melaksanakan kegiatan yang sifatnya seremonial, menurut saya, sebaiknya melaksanakan hal-hal yang lebih substantif. Misalnya bagaimana menanamkan budaya disiplin, budaya tepat waktu, budaya malu, budaya tanggung jawab, dan kemandirian. Selain itu, karakter saling menghargai dan saling menghormati dalam keberagaman perlu ditanamkan kepada peserta didik baru. Dengan demikian, MPLS selain sebagai sebuah agenda awal tahun ajaran, juga dapat meujudkan student wellbeing (kesejahteraan pelajar) bagi peserta didik baru.
Pembiasaan hidup bersih dan sehat perlu ditanamkan kepada peserta didik baru. Mislanya, toilet training dan pembiasaan buang sampah pada tempatnya. Maksud dari toilet training bukan berarti membimbing peserta didik baru pergi ke toilet, membimbing cara buang air, dan membimbing cara membersihkan diri setelah buang air, tetapi maksudnya adalah bagaimana sekolah menanamkan kesadaran kepada peserta didik untuk menjaga kebersihan toilet sekolah. Keberadaan toilet sangat penting di sekolah. Toilet menjadi sarana vital. Apa jadinya jika sebuah sekolah tidak memiliki toilet atau toilet sekolahnya ada tetapi rusak? Pasti sekolah akan kesulitan menciptakan lingkungan yang bersih dan sehat.
Kemudian pembiasaan membuang sampah pada tempatnya perlu ditanamkan kepada peserta didik baru. Salah satu masalah serius adalah di masyarakat kita adalah masalah penanganan sampah, khususnya tingginya volume sampah yang dihasilkan oleh masyarakat dan rendahnya kesadaran membuang sampah pada tempatnya. Salah satu upaya untuk mengurangi sampah yang dihasilkan pada saat kegiatan MPLS misalnya menginstruksikan peserta didik baru membawa makanan dan minuman pada wadah atau tumbler yang bisa dicuci setelah digunakan. Toilet training dan pembiasaan membuang sampah pada tempatnya bisa menjadi bagian dari program MPLS, khususnya penguatan pada aspek karakter.
Hal lainnya yang perlu dilakukan pada saat MPLS adalah pentingnya peserta didik menjaga dan memelihara lingkungan, mulai dari lingkungan fisik, seperti menjaga dan memelihara tanaman di taman sekolah, menjaga sarana sekolah, dan membangun budaya tertib dan budaya antri. Kampanye antiperundungan pun perlu menjadi agenda penting saat MPLS di tengah cukup seringnya terjadi kekerasan dan perundungan (bullying) di satuan pendidikan.
Peserta didik baru sebaiknya dibuat dalam beberapa kelompok. Dengan dipandu oleh pembimbing, mereka berkeliling untuk mengenal dan mengeksplorasi lingkungan sekolah. Pada saat berkeliling sekolah, pembimbing bisa meminta pendapat mereka terkait kondisi sekolah saat itu, apa harapannya untuk menciptakan sekolah yang dicita-citakan, dan apa hal yang bisa mereka lakukan untuk mewujudkan harapannya tersebut.
Sambutan yang hangat dari pendidik, tenaga kependidikan, kakak kelas. Kemudian lingkungan sekolah yang bersih, tertib, rapi, rasa aman, nyaman, dan rasa diakui sebagai keluarga baru di sekolah sangat penting untuk mewujudkan student wellbeing bagi peserta didik baru. Para peserta didik baru itu bukan hanya jadi objek, tetapi ikut dilibatkan dalam membangun student wellbeing pada saat MPLS.
Kesan yang baik yang didapatkan dari sekolah akan berdampak terhadap tumbunya rasa cinta dan bangga peserta didik baru terhadap sekolahnya. Mereka merasakan bahwa mereka belajar di tempat yang tepat. Oleh karena itu, semangat dan motivasi belajarnya pun akan meningkat. Mereka siap dan antusias dengan pembelajaran yang akan mereka ikuti.