Tahun ajaran baru diawali dengan Masa Pengenalan Peserta Didik Baru (MPLS). Disamping berpedoman kepada program MPLS yang telah dibuat oleh pemerintah, sekolah bisa membuat program-program kreatif yang tujuannya untuk menyambut, melahirkan kesan positif, menumbuhkan rasa senang, serta memantik semangat belajar peserta didik baru.
MPLS dilaksanakan mulai dari 3 hari sampai dengan 2 minggu. Materi yang diberikan mulai dari perkenalan calon peserta didik baru, perkenalan pendidik dan tenaga kependidikan di sekolah, observasi lingkungan sekolah, kegiatan intrakurikuler, kokurikuler, dan ekstrakurikuler. Berbagai kegiatan ekstrakurikuler biasa ditampilkan pada saat MPLS. Selain bentuk sosialisasi dan promosi, hal ini juga sebagai upaya untuk menarik minat peserta didik baru untuk mengikuti kegiatan ekstrakurikuler di sekolah.
MPLS juga diisi dengan permainan dan ice breaking sebagai bentuk hiburan dan mengusir rasa bosan peserta didik baru. Sudah bukan musimnya lagi pada saat MPLS, peserta didik baru diberikan tugas yang aneh-aneh yang kadang tidak ada relevansinya dengan tujuan MPLS sendiri karena hal tersebut hanya menyulitkan dan berpotensi melahirkan perpeloncoan dan perundungan terhadap peserta didik baru.
Dibalik program dan kegiatan yang sudah disusun oleh sekolah selama MPLS, agar kegiatan ini bermakna, daripada sekolah melaksanakan kegiatan yang sifatnya seremonial, menurut saya, sebaiknya melaksanakan hal-hal yang lebih substantif. Misalnya bagaimana menanamkan budaya disiplin, budaya tepat waktu, budaya malu, budaya tanggung jawab, dan kemandirian. Selain itu, karakter saling menghargai dan saling menghormati dalam keberagaman perlu ditanamkan kepada peserta didik baru. Dengan demikian, MPLS selain sebagai sebuah agenda awal tahun ajaran, juga dapat meujudkan student wellbeing (kesejahteraan pelajar) bagi peserta didik baru.
Pembiasaan hidup bersih dan sehat perlu ditanamkan kepada peserta didik baru. Mislanya, toilet training dan pembiasaan buang sampah pada tempatnya. Maksud dari toilet training bukan berarti membimbing peserta didik baru pergi ke toilet, membimbing cara buang air, dan membimbing cara membersihkan diri setelah buang air, tetapi maksudnya adalah bagaimana sekolah menanamkan kesadaran kepada peserta didik untuk menjaga kebersihan toilet sekolah. Keberadaan toilet sangat penting di sekolah. Toilet menjadi sarana vital. Apa jadinya jika sebuah sekolah tidak memiliki toilet atau toilet sekolahnya ada tetapi rusak? Pasti sekolah akan kesulitan menciptakan lingkungan yang bersih dan sehat.
Kemudian pembiasaan membuang sampah pada tempatnya perlu ditanamkan kepada peserta didik baru. Salah satu masalah serius adalah di masyarakat kita adalah masalah penanganan sampah, khususnya tingginya volume sampah yang dihasilkan oleh masyarakat dan rendahnya kesadaran membuang sampah pada tempatnya. Salah satu upaya untuk mengurangi sampah yang dihasilkan pada saat kegiatan MPLS misalnya menginstruksikan peserta didik baru membawa makanan dan minuman pada wadah atau tumbler yang bisa dicuci setelah digunakan. Toilet training dan pembiasaan membuang sampah pada tempatnya bisa menjadi bagian dari program MPLS, khususnya penguatan pada aspek karakter.
Hal lainnya yang perlu dilakukan pada saat MPLS adalah pentingnya peserta didik menjaga dan memelihara lingkungan, mulai dari lingkungan fisik, seperti menjaga dan memelihara tanaman di taman sekolah, menjaga sarana sekolah, dan membangun budaya tertib dan budaya antri. Kampanye antiperundungan pun perlu menjadi agenda penting saat MPLS di tengah cukup seringnya terjadi kekerasan dan perundungan (bullying) di satuan pendidikan.
Peserta didik baru sebaiknya dibuat dalam beberapa kelompok. Dengan dipandu oleh pembimbing, mereka berkeliling untuk mengenal dan mengeksplorasi lingkungan sekolah. Pada saat berkeliling sekolah, pembimbing bisa meminta pendapat mereka terkait kondisi sekolah saat itu, apa harapannya untuk menciptakan sekolah yang dicita-citakan, dan apa hal yang bisa mereka lakukan untuk mewujudkan harapannya tersebut.
Sambutan yang hangat dari pendidik, tenaga kependidikan, kakak kelas. Kemudian lingkungan sekolah yang bersih, tertib, rapi, rasa aman, nyaman, dan rasa diakui sebagai keluarga baru di sekolah sangat penting untuk mewujudkan student wellbeing bagi peserta didik baru. Para peserta didik baru itu bukan hanya jadi objek, tetapi ikut dilibatkan dalam membangun student wellbeing pada saat MPLS.
Kesan yang baik yang didapatkan dari sekolah akan berdampak terhadap tumbunya rasa cinta dan bangga peserta didik baru terhadap sekolahnya. Mereka merasakan bahwa mereka belajar di tempat yang tepat. Oleh karena itu, semangat dan motivasi belajarnya pun akan meningkat. Mereka siap dan antusias dengan pembelajaran yang akan mereka ikuti.
SMPN 19 Bandung merupakan salah satu Sekolah Penggerak angkatan pertama. Ida Suyanti, S.Pd., M.M.Pd. KS SMPN 19 Bandung menyampaikan bahwa motivasi utama SMPN 19 mengikuti Program Sekolah Penggerak (PSP) adalah ingin meningkatkan mutu sekolah yang diharapkan berdampak terhadap peningkatan mutu proses dan hasil pembelajaran. Selain itu, menjadi sekolah penggerak menjadi jalan untuk melakukan transformasi dan perubahan pola pikir pendidik dan tenaga kependidikan untuk yang berpihak kepada murid.
Ida menyampaikan banyak hal positif yang dirasakan setelah SMPN 19 Bandung menjadi Sekolah Penggerak, diantaranya :
a. Penguatan Sumber Daya Manusia
SMPN 19 Bandung melakukan berbagai kegiatan dalam rangka penguatan sumber daya manusia. Kegiatan tersebut meliputi kegiatan workshop yang dilaksanakan oleh pendidik, tenaga kependidikan, dan siswa. Tenaga SMP Negeri 19 Bandung senantiasa mengikuti dan mengimbaskannya kepada rekan di lingkungan sekolah untuk penguatan sumber daya manusia di lingkungan SMP Negeri 19 Bandung.
b. Pembelajaran Dengan Paradigma Baru
SMP Negeri 19 Bandung telah mengimplementasikan kurikulum merdeka sejak tahun 2021 dan telah melaksanakan berbagai macam kegiatan pembelajaran dengan paradigma baru. Antara lain dengan melaksanakan Projek Penguatan Profil Pelajar Pancasila, pembelajaran berdiferensiasi dan Program ROOTS Anti Perundungan. Sosialisasi dan implementasi ROOTS diantaranya melalui Proyek Penguatan Profil Pelajar Pancasila (P5).
c. Perencanaan Berbasis Data
Selama tiga tahun SMP Negeri 19 Kota Bandung mengimplementasikan kurikulum merdeka, SMP Negeri 19 Kota Bandung menyimpan seluruh bentuk dokumentasi kegiatan dalam google drive, media sosial (instagram, facebook, youtube, twitter, website).
d. Digitalisasi Sekolah
SMPN 19 Bandung telah menggunakan Platform Merdeka Mengajar sejak awal diluncurkannya PMM. Selain itu, SMPN 19 Bandung pun menjadi sekolah berbasis digital karena telah aktif menggunakan Learning Management System (LMS) untuk proses pembelajaran.
SMPN 19 Bandung pun secara aktif menggunakan media sosial dalam penyampaian informasi ke masyarakat.
Selain itu, SMPN 19 Kota Bandung juga memiliki perpustakaan digital untuk meningkatkan kemampuan literasi warga SMP Negeri 19 Kota Bandung.
e. Pendampingan dan Konsultasi Asimetris
Dengan terpilihnya SMPN 19 Kota Bandung menjadi sekolah penggerak tahap pertama di kota Bandung membuat kami mendapatkan pendampingan dan konsultasi bukan hanya dari pengawas pembina, namun dari fasilitator atau tenaga ahli Kemendikbudristek.
f. Mendapatkan kesempatan dalam meningkatkan kompetensi bagi setiap GTK maupun peserta didiknya.
g. Menambah wawasan terkait pembelajara berdiferensiasi yang dapat diimplementasikan dalam kegiatan belajar mengajar.
h. Tempat untuk kegiatan berbagi praktik baik dalam pengimbasan untuk sekolah sekitar, wilayah, dan kota Bandung.
i. Dipakai penelitian untuk berbagai Perguruan Tinggi Negeri dan Swasta mulai S1 Unikom, S2 UPI, S3 UNPAS dan UNISBA.
Melaksanakan berbagai program peningkatan mutu di SMPN 19 Bandung bukanlah hal yang mudah. Ada beberapa tantangan yang dihadapi. Diantaranya:
a. Latar belakang peserta didik yang heterogen, menjadi salah satu tantangan dalam meningkatkan mutu pembelajaran. Solusinya adalah dengan menerapkan pembelajaran yang berdiferensiasi dengan menggunakan variasi model dan teknik pembelajaran.
b. Kompetensi GTK yang masih beragam dan memiliki latar belakang yang berbeda, khususnya dalam bidang teknologi. Solusinya adalah dengan mengadakan beberapa pelatihan untuk guru terkait pengembangan kompetensi dalam bidang teknologi.
Komite pembelajaran menjadi salah satu fasilitator atau promotor dalam upaya peningkatan mutu layanan pembelajaran atau Pendidikan. Harapannya seluruh GTK dapat lebih mengembangkan diri dan meningkatkan mutu layanan Pendidikan/pembelajaran dalam keseharian. Terus berupaya meningkatkan diri dan dapat terus melayani peserta didik sesuai kebutuhannya dengan karakter yang Unik melalui komunitas belajar.
Dalam melaksanakan peningkatan mutu di SMPN 19 Bandung, ada beberapa program unggulan yang dilaksanakan sebagai berikut:
a. Program Implementasi Disiplin Positif
Program Implementasi disiplin positif merupakan salah satu program unggulan yang bertujuan untuk mewujudkan karakter peserta didik yang sesuai dengan Profil Pelajar Pancasila agar terciptanya lingkungan belajar yang kondusif, aman dan nyaman, tanpa ancaman dan kekerasan.
b. Program Literasi dan Numerasi
Program literasi dan numerasi merupakan salah satu program unggulan yang sudah dilaksanakan sejak tahun 2020. Program ini bertujuan untuk meningkatkan kompetensi peserta didik dalam literasi dan numerasi. Harapannya, peserta didik dapat menjadi insan yang literat. Dan kami sudah menghasilkan 13 buku karya siswa,guru, Kepala sekolah, Pengawas orang tua dan Alumni berupa tulisan puisi, cerpen dan artikel.
Selain dilaksanakan pembiasaan literasi dan numerasi sebelum kegiatan belajar mengajar, penguatan literasi dan numerasi juga terintegrasi dalam proses kegiatan belajar mengajar di setiap mata pelajaran. Hal tersebut jelas terlihat dalam asesmen yang dilakukan di SMPN 19 Bandung. Komposisi soal AKM memiliki persentase yang lebih banyak. Numerasi diterapkan dalam data peseta didik melalui tabel, diagram yang memudahkan untuk melihat data. Pada Rapor Pendidikan 2022, skor literasi mencapai 89,99% dan skor numerasi mengalami kenaikan sebesar 33%.
Projek Penguatan Profil Pelajar Pancasila (P5)
Berikut rincian kegiatan projek penguatan profil pelajaran Pancasila yang telah dilaksanakan di SMPN 19 Bandung:
1. Kearifan Lokal yang bertema “Cerlang Budaya” di Bulan Bahasa
Projek Kearifan Lokal yang bertema Cerlang Budaya di Bulan Bahasa dilaksanakan pada tanggal 28 Oktober 2021.
Tujuan dan manfaat dari pelaksanaan projek ini adalah untuk meningkatkan kemampuan peserta didik untuk menulis puisi selama 2 jam dan cerpen satu bulan dan menciptakan barang guna pakai.
Tantangannya adalah dikarenakan projek ini merupakan projek pertama yang dilaksanakan oleh SMPN 19 Bandung, belum ada panduan belum sesuai dengan yang diharapkan. Manfaat anak lebih kreatif dan mandiri. Kegiatan projek ini dapat dilihat pada link Youtube: https://youtu.be/rolDmGuBb4U?si=-KKgQwNedsgkep-M.
2. Gaya Hidup Berkelanjutan yang bertema Perubahan Iklim Global
Projek Gaya Hidup Berkelanjutan yang bertema Perubahan Iklim Global dilaksanakan pada tanggal Januari sampai Maret 2022.
Tujuan dan manfaat dari pelaksanaan projek ini adalah untuk meningkatkan kompetensi peserta didik dalam pemanfaatan dan pengelolaan sampah atau barang bekas menjadi barang guna pakai dalam rangka menanggulangi permasalahan lingkungan.
Tantangannya adalah dikarenakan projek ini dilaksanakan pada saat pandemik Covid-19, sehingga jadwal pelaksanaan yang sudah dirancang mengalami beberapa perubahan dan tidak dapat maksimal dikarenakan keterbatasan waktu dan kesempatan untuk melaksanakan projek secara luring. Kegiatan projek ini dapat dilihat pada link Youtube: https://youtu.be/t7fPzHlvQn8?si=qWftrqvI4X6qP8Zy.
3. Kebhinekaan Global dengan tema Indahnya Berbagi di Bulan Suci
Projek Kebhinekaan Global dengan tema Indahnya Berbagi di Bulan Suci
dilaksanakan pada tanggal April tahun 2022.
Tujuan dan manfaat dari pelaksanaan projek ini adalah untuk meningkatkan kompetensi peserta didik dalam mengenal keanekaragaman budaya nasional dan meningkatkan rasa toleransi antar peserta didik dan rasa kepedulian terhadap lingkunga sekitar terutama anak anak yang kurang beruntung.
Tantangannya adalah dikarenakan projek ini dilaksanakan pada saat pandemik Covid-19 dan bulan suci Ramadhan, sehingga jadwal pelaksanaan yang sudah dirancang mengalami beberapa perubahan dan tidak dapat maksimal dikarenakan keterbatasan waktu dan kesempatan untuk melaksanakan projek secara luring.Kegiatan projek ini dapat dilihat pada link Youtube: https://youtu.be/t7fPzHlvQn8?si=qWftrqvI4X6qP8Zy .
4. Suara Demokrasi
Tujuan dan manfaat dari pelaksanaan projek ini adalah untuk mengembangkan kompetensi peserta didik dalam implementasi demokrasi secara nyata yang dilaksanakan dalam bentuk pemilihan Ketua OSIS.
Tantangannya adalah belum semua peserta didik memahami pentingnya menyampaikan aspirasi dalam demokrasi. Kegiatan projek ini dapat dilihat pada link Youtube: https://youtu.be/gaIjQXlsvH4?si=SqyoSu8O_VnsgYBn.
5. Bangunlah Jiwa dan Raganya dengan tema “Mentalku Sehat, Ragaku Kuat”
Tujuan dan manfaat dari pelaksanaan projek ini adalah untuk meningkatkan kompetensi literasi peserta didik. Dalam projek ini, peserta didik diarahkan untuk dapat membuat karya literasi yang merupakan penyaluran ekspresi dirinya.
Tantangannya adalah menumbuhkan kompetensi literasi peserta didik terutama dalam minat membaca dan menulis masih membutuhkan proses yang berkelanjutan dikarenakan hal oni berkaitan dengan kebiasaan peserta didik di luar lingkungan sekolah. Kegiatan projek ini dapat dilihat pada link Youtube:
6. Kearifan Lokal dengan tema Ngamumulé Budaya Sunda
Tujuan dan manfaat dari pelaksanaan projek ini adalah untuk menumbuhkembangkan rasa cinta dan kebanggaan peserta didik terhadap budaya daerah (khususnya budaya Sunda).
Tantangannya adalah referensi terkait kebudayaan tradisional yang dimiliki peserta didik masih kurang karena motivasi membaca. Kegiatan projek ini dapat dilihat pada link Youtube: https://youtu.be/xVBSz7-WSQo?si=Du_WG_fl7kGQxz-U .m
Tujuan dan manfaat dari pelaksanaan projek ini adalah untuk menumbuhkembangkan,jiwa ulet,kerja keras dan jiwa wirausaha melalui kolaborasi dengan dunia usaha.Kegiatan projek ini dapat dilihat pada link Youtube: https://youtu.be/eNhHNRMe_BM?si=Npxcvl6DW9sP35nV .
Pj. Bupati Kuningan, Raden Iip Hidajat meresmikan studio 2 mini theater edukasi di Puspa Siliwangi pada Minggu (7/7). Berbagai tokoh penting, termasuk Retno Raswaty dari Balai Media Kebudayaan (BMK) Kemendikbudristek RI dan Sri Wahyuningsih dari Balai Besar Penjaminan Mutu Pendidikan (BBPMP) Provinsi Jabar Kemendikbudristek RI hadir dalam acara tersebut.
Kadisdikbud Kuningan, Uu Kusmana, mengungkapkan bahwa pembangunan mini theater edukasi ini adalah bagian dari komitmen pemerintah Kabupaten Kuningan untuk memajukan pendidikan dan kebudayaan di daerah tersebut. Proyek ini sejalan dengan implementasi kurikulum merdeka yang saat ini menjadi fokus utama dalam sistem pendidikan nasional, yang menekankan fleksibilitas dan pusatnya pada peserta didik.
Menurut Uu, “Setelah sukses dengan mini theater edukatif di pertokoan Siliwangi, hari ini kita kembali menorehkan sejarah baru dengan meresmikan Studio 2 mini theater edukasi yang berlokasi di lingkungan Pujasera dan Parkir Siliwangi (Puspa Siliwangi). Keberadaan fasilitas ini diharapkan dapat menjadi sarana edukasi yang inovatif dan inspiratif bagi masyarakat Kuningan, khususnya para generasi muda.”
Dia juga menyampaikan terima kasih kepada Sri Wahyuningsih dan Retno Raswaty atas dukungan mereka. Sri Wahyuningsih telah memberikan bantuan berupa ratusan buku edukasi, sementara Retno Raswaty menyediakan akses ke 250 judul film Indonesiana untuk menambah materi edukatif di mini theater ini.
Pj Bupati Kuningan, Raden Iip Hidajat, mengucapkan terima kasih kepada semua pihak yang telah berkontribusi dalam pembangunan studio 2 mini theater edukasi ini, termasuk Dinas Pendidikan dan Kebudayaan Kabupaten Kuningan serta para mitra dari sektor swasta dan lembaga pemerintah. Iip berharap bahwa mini theater edukasi ini akan mendukung implementasi kurikulum merdeka dan memberikan pembelajaran praktis melalui film-film pendidikan bagi siswa dan masyarakat umum.
Iip menambahkan, “Keberadaan mini theater edukasi ini diharapkan dapat menjadi sarana yang tepat untuk mendukung implementasi kurikulum merdeka dan pembelajaran praktik baik melalui tayangan film yang mendidik bagi siswa maupun masyarakat umum. Di sini, para siswa dapat belajar dan mendapatkan inspirasi dari berbagai film edukatif, serta mengembangkan kreativitas dan imajinasi mereka.”
Dia juga menjelaskan bahwa lokasi di Pujasera dan Parkir Siliwangi dipilih karena strategis dan mudah diakses oleh masyarakat luas, serta menjadi pusat aktivitas ekonomi dan sosial. Hal ini membuatnya ideal sebagai pusat edukasi dan kebudayaan yang dapat menarik minat banyak orang.
Pembangunan studio 2 mini teater edukasi ini adalah bagian dari komitmen Pemkab Kuningan untuk mendukung percepatan pembangunan di daerah tersebut. Iip berharap bahwa kehadiran fasilitas ini akan meningkatkan kesadaran dan minat terhadap pendidikan dan budaya, terutama di kalangan generasi muda.
Dengan demikian, studio 2 mini theater edukasi ini tidak hanya merupakan pencapaian belaka, tetapi juga merupakan awal dari langkah-langkah berikutnya dalam mengembangkan fasilitas pendidikan dan kebudayaan yang lebih baik di Kabupaten Kuningan. Semoga kehadiran fasilitas ini dapat membantu Kabupaten Kuningan maju dalam bidang pendidikan dan kebudayaan, serta mendorong lahirnya generasi muda yang kreatif, inovatif, dan memiliki daya saing tinggi.
Penyerahan Penghargaan Karya Terpilih Potret Cerita Kurikulum Merdeka
Jakarta, 5 Juli 2024_Bertempat di Jakarta Convention Center (JCC), Direktorat Jenderal Pendidikan Anak Usia Dini, Pendidikan Dasar, dan Pendidikan Menenganh (Ditjen PDM) Kemdikbudristek menghelaat acara besar bertajuk Puncak Festival Kurikulum Merdeka. Puncak Festival Kurikulum Merdeka 2024 adalah kegiatan yang dirancang untuk menyediakan ruang inspirasi, ekspresi, edukasi dan kolaborasi kepada murid, guru, tenaga kependidikan, orang tua, dan masyarakat.
“Puncak Festival Kurikulum Merdeka ini menyajikan berbagai kegiatan menarik dan inspiratif. Salah satunya dengan menampilkan 46 karya terpilih dari 43 ribu karya yang telah dikirim oleh pendidik, peserta didik, dan orang tua yang mengirimkan Potret Cerita Kurikulum Merdeka. Di sini, para peserta dapat berbagi pengalaman dan praktik baik dalam implementasi Kurikulum Merdeka serta berbagi semangat menyambut Tahun Ajaran Baru 2024/2025,” ujar Iwan saat ditemui di Jakarta, Kamis (4/7).
Sebanyak 4 karya dari 46 karya terpilih tersebut berasal dari Jawa Barat, yaitu atas nama 1) Muhammad Attalah Rasikhah dari SLBN Cicendo Kota Bandung, untuk Karya Video Peserta Didik, 2) Shibyani Khoerunnisa dari SMAN 1 Gegesik Kab. Cirebon untuk Karya Foto Peserta Didik, 3) Furqon Nurahman dari SDN Beji 3 Kota Depok untuk Karya Foto Pendidik dan Tenaga Kependidikan, dan 4) Dadan Ramdani Saleh dari TK Islam Assuryaniyah Kota Bekasi, untuk Karya Video Orang Tua Peserta Didik.
Rangkaian acara juga diisi dengan gelar wicara yang menghadirkan sosok-sosok inspiratif dari stakeholder pendidikan seperti peserta didik, guru, orang tua, praktisi pendidikan, dan pemerintah daerah. Gelar wicara yang dipandu oleh Nucha Bachri dan Shahnaz Haque sebagai moderator ini akan membahas semangat menciptakan pembelajaran menyenangkan untuk peserta didik dan gotong royong memperkuat ekosistem pendidikan dalam penerapan Kurikulum Merdeka serta Gerakan Merdeka Belajar.
Selain itu ada sesi Kids Talk yang menampilkan murid-murid berbakat dan berbagi cerita tentang pengembangan diri di sekolah. Nabila Ramadhani, seorang murid dari SDN 2 Citatah, Kabupaten Bandung Barat, dengan fasih dan percaya diri bercerita pengalamannya di sekolah belajar public speaking.
“Waktu kelas 2, Bila diajarin public speaking, asalnya Bila malu-malu, lama-lama Bila suka karena ternyata seru banget” ujar siswa Kelas 2 ini menjelaskan apa yang diajarkan gurunya di sekolah.
Berikutnya, Muhammad Attalah Rasikhah, murid tunarungu dari SLBN Cicendo, Kota Bandung, turut bercerita tentang kesenangan belajar di sekolah dengan dukungan guru-guru yang terus percaya dengan potensi, bakat dan minat murid. Di panggung utama Festival Kurikulum Merdeka, Attalah, dengan dibantu bahasa Isyarat menjelaskan hobbynya membuat komik dan cita-citanya menjadi comic creator yang sukses.
Hadir juga, Gilbert Jambormias, murid dari SMA Xaverius Ambon, dengan sajian musik khas Maluku yang mencerminkan toleransi yang dibangun melalui Projek Penguatan Profil Pelajar Pancasila (P5). Bersama rekan-rekannya Gilbert bercerita bagaimana mereka belajar musik dengan bergembira dan juga mempersembahankan lagu kepada pengunjung JCC.
Sumedang, 1 Juli 2024. Kabar gembira datang dari Kabupaten Sumedang!Hasil penilaian capaian literasi dan numerasi pada Rapor Pendidikan Tahun 2024 menunjukkan peningkatan yang signifikan di jenjang SD dan SMP. Hal ini menjadi bukti nyata keberhasilan upaya pemulihan pembelajaran yang dilakukan oleh Dinas Pendidikan Kabupaten Sumedang.
Prestasi gemilang ini juga diraih oleh siswa SMP Sumedang.Penilaian literasi menunjukkan kenaikan dari 70,10 di tahun 2023 menjadi 80,73 di tahun 2024, dengan peningkatan sebesar 15,17%. Sementara itu, nilai numerasi mengalami kenaikan dari 48,25 menjadi 76,26, atau setara dengan peningkatan sebesar 58,02%.
Kepala Bidang Sekolah Dasar Kabupaten Sumedang, Deni Setiawan, mengungkapkan rasa bangganya atas prestasi ini.“Di tingkat SD, nilai literasi siswa melonjak dari 70,75 di tahun 2023 menjadi 84,60 di tahun 2024. Angka ini menunjukkan peningkatan yang luar biasa sebesar 13,85%. Peningkatan serupa juga terlihat pada penilaian numerasi, dengan nilai yang naik dari 53,61 menjadi 79,54, atau setara dengan peningkatan sebesar 48,38%” Ujarnya pada Jum’at, 28 Juni 2024.
Kabid SD Disdikbud Kabupaten Sumedang dan Kepalan SDN 3 Cimalaka dalam Podcast Cerdik BBPMP Jabar
Dengan nilai itu, artinya tingkat literasi dan numerasi siswa jenjang SD dan SMP di Sumedang sudah mencapai kategori Baik.Hal ini menunjukkan bahwa upaya pemulihan pembelajaran yang dilakukan telah membuahkan hasil yang positif
Pemberdayaan Kombel, Penggunaan Teks Multimodal, dan Pendekatan Inquiry
Dinas Pendidikan Kabupaten Sumedang telah berkomitmen untuk meningkatkan kualitas pembelajaran di jenjang SD melalui berbagai upaya pemulihan pembelajaran. Salah satu upayanya adalah dengan memperkuat atau mengembangkan kompetensi guru melalui Komunitas Belajar (Kombel). Dalam komunitas belajar ini, guru-guru saling bertukar pengetahuan, pengalaman, dan strategi pembelajaran yang efektif.
Dinas Pendidikan Kabupaten Sumedang menerapkan tiga jenis Kombel untuk meningkatkan kualitas pembelajaran di jenjang SD, yaitu:
Komunitas Belajar dalam Sekolah: Guru-guru di setiap sekolah membentuk komunitas belajar untuk saling berbagi pengetahuan, pengalaman, dan strategi pembelajaran yang efektif;
Komunitas Belajar Antar Sekolah: Guru-guru dari beberapa sekolah yang berada dalam satu gugus kecamatan (terdiri dari 10 sekolah) berkumpul di komunitas belajar antar sekolah untuk membahas permasalahan pembelajaran dan mencari solusi bersama; dan
Komunitas Belajar Daring di PMM: Setiap sekolah membuat SK pembentukan komunitas belajar dan melaksanakan kegiatan pengembangan kompetensi guru sesuai dengan ketentuan dari pemerintah pusat pada aplikasi PMM. Hal ini dilakukan untuk meningkatkan kemampuan guru dalam merancang dan melaksanakan pembelajaran yang efektif.
Dinas Pendidikan juga mendorong satuan pendidikan untuk membuat program terkait dengan penguatan literasi dan numerasi. Program-program ini menggunakan berbagai pendekatan pembelajaran, seperti teks multimodal dan lingkungan karya teks. Pendekatan teks multimodal memanfaatkan media seperti gambar, video, dan audio untuk membuat pembelajaran lebih menarik dan interaktif. Sedangkan pendekatan lingkungan karya teks menggunakan teks-teks yang terinspirasi dari lingkungan sekitar untuk meningkatkan literasi dan numerasi siswa.
Untuk menjaga mutu dari aktivitas pemulihan pembelajaran dalam rangka meningkatkan literasi dan numerasi pada satuan-satuan pendidikan, Dinas Pendidikan Kabupaten Sumedang mempergunakan 4 (empat) siklus pendekatan iquiry yang terdidi dari:
Refleksi Awal: Pada tahap ini, setiap komunitas belajar menganalisis capaian rapor pendidikan untuk mengidentifikasi kekurangan dan kelemahan dalam pembelajaran;
Perencanaan: Berdasarkan analisis capaian rapor, komunitas belajar menyusun rencana pembelajaran yang tepat untuk meningkatkan kualitas pembelajaran di sekolah;
Implementasi: Rencana pembelajaran yang telah disusun diimplementasikan di kelas oleh guru-guru; dan
Evaluasi: Pada tahap akhir, komunitas belajar melakukan evaluasi untuk mengetahui tingkat keberhasilan implementasi program dan menentukan langkah selanjutnya.
Program Inovatif Untuk Meningkatkan Literasi dan Numerasi di Sumedang
Selain memberdayakan Komunitas Belajar (Kombel), memanfaatkan pendekatan teks multimodal dan lingkungan kaya teks, Kabupaten Sumedang menunjukkan komitmennya dalam memulihkan pembelajaran dan meningkatkan literasi numerasi para siswanya melalui berbagai program inovatif lainnya yang memang dirancang secara komprehensif dan berkelanjutan. Program inovatif tersebut, seperti:
Territory Learning Community (TLC): Program ini merupakan komunitas belajar antar sekolah yang bertujuan untuk meningkatkan kolaborasi dan berbagi praktik terbaik dalam pembelajaran literasi;
Pandai Berhitung dengan Metode Gasing: Program ini menggunakan permainan tradisional “gasing” untuk mengajarkan matematika kepada siswa dengan cara yang menyenangkan dan mudah dipahami;
Cantik Perkasa: Program ini bertujuan untuk menanamkan nilai-nilai karakter mulia dan budaya Sunda kepada siswa melalui berbagai kegiatan, seperti menari, menyanyi, dan memainkan alat musik tradisional;
Paket Geulis: Program ini merupakan program pengembangan bakat dan minat siswa di bidang seni dan budaya; dan
E-Pelita Mobil: Program ini merupakan program perpustakaan digital yang menyediakan akses ke berbagai buku elektronik untuk siswa.
Kabupaten Sumedang telah menunjukkan komitmen yang kuat untuk meningkatkan kualitas pembelajaran di setiap jenjang satuan pendidikan melalui berbagai upaya inovatif dan kreatif. Upaya-upaya tersebut telah menunjukkan hasil yang positif, yaitu peningkatan nilai literasi dan numerasi siswa. Selain itu, program-program tersebut juga mendapat respon positif dari masyarakat. Kabupaten Sumedang merupakan contoh yang baik dalam hal upaya peningkatan literasi dan numerasi dalam pemulihan pembelajaran.
Bandung Barat 29-06-2024 – Balai Besar Penjaminan Mutu Pendidikan (BPMP) Provinsi Jawa Barat kembali menyelenggarakan penguatan pemahaman PTK SD/MI (KS, Guru, Pengawas, Penilik & Mitra) terkait Assesmen yang sesuai untuk anak di SD kelas awal. Kegiatan dilakukan melalui webinar dengan tema “Assesmen pada Pembelajaran yang Menerapkan 6 Kemampuan Fondasi untuk jenjang SD/MI.” Kegiatan ini merupakan rangkaian dari webinar berseri yang dilakukan PDM 09 BBPMP Jabar dalam upaya mendampingi Dinas Pendidikan Kab./Kota dalam membekali para PTK jenjang PAUD/RA dan SD/MI dalam melakukan perubahan pembelajaran pada implementasi 3 target perubahan transisi PAUD ke SD yang menyenangkan.
Dini Irawati, Ketua Tim Kerja Inovasi dan Transformasi Pembelajaran mewakili Kepala BBPMP provinsi Jawa Barat dalam sambutannya mengatakan kemampuan fondasi merupakan kemampuan yang perlu dipenuhi agar peserta didik dapat melewati masa transisi PAUD ke SD awal dengan baik. Oleh karena itu, perlu dipastikan bahwa satuan pendidikan SD/MI tidak melakukan tes calistung pada PPDB, menerapkan MPLS bagi peserta didik baru selama dua minggu pertama, menerapkan pembelajaran yang membangun 6 kemampuan fondasi. Kemampuan fondasi inilah yang menjadi esensi dari keterampilan yang dibutuhkan oleh peserta didik untuk belajar, tandasnya.
Muhammad Akkas, narasumber yang sekaligus konsultan dari Kemendikbudristek menyampaikan bahwa asesmen awal ini adalah kunci dalam memperlancar proses transisi anak memasuki SD, baik bagi anak yang sudah melalui PAUD terlebih dahulu maupun yang tidak. Melalui kegiatan ini, pendidik mendapatkan gambaran kemampuan fondasi yang sudah dicapai oleh peserta didik, dan yang masih perlu dikuatkan lagi di SD kelas awal dengan berprinsip berpusat pada peserta didik, menyenangkan, sederhana, realistis dan bermakna, serta terintegrasi dengan kegiatan pembelajaran. Lebih lanjut disampaikan bahwa setelah melakukan asesmen awal, guru memodifikasi tujuan pembelajaran dan merancang skenario pembelajaran. Tujuan pembelajaran diukur melalui asesmen sumatif. Asesmen ini dilakukan dalam jangka waktu tertentu, tidak dalam satu kali pertemuan atau kegiatan, dengan menggunakan teknik observasi dan penilaian kinerja, bukan testing (tes lisan ataupun tertulis), jelasnya.
Selanjutnya, Sri Lilis Herlianthi, PIC PDM 09 BBPMP Jawa Barat dalam sambutan penutupan menyampaikan bahwa materi asesmen ini merupakan hal yang penting untuk dipahami para guru terutama guru SD/MI di lapangan sehingga mereka dapat menerapkan proses asesmen yang tepat untuk karakteristik anak usia dini yang ada di SD kelas awal. Dengan demikian, proses pembelajaran dan asesmen di SD kelas awal yang dilakukan sesuai bagi anak usia dini akan memuluskan proses penyesuaian/adaptasi anak di lingkungan yang baru.
SALAM TRANSISI Satu Tim Satu Tujuan Transisi PAUD-SD Yang Menyenangkan