Purwakarta – Dalam era Kurikulum Merdeka, pembelajaran berdiferensiasi telah menjadi pendekatan yang semakin populer di berbagai sekolah, termasuk sekolah penggerak. Konsep ini sejalan dengan pandangan Ki Hajar Dewantara yang meyakini pentingnya pendidikan yang berpusat pada peserta didik. Dengan memberikan fleksibilitas dalam proses pembelajaran, guru dapat menciptakan pengalaman belajar yang lebih personal bagi peserta didik. Mulai dari pemilihan materi, metode pengajaran, hingga penilaian, semuanya dapat disesuaikan dengan gaya belajar, minat, dan tingkat kemampuan peserta didik.
Meskipun demikian, tantangan seperti kurangnya sumber daya, waktu yang terbatas, dan kurangnya pelatihan guru masih sering ditemui. Oleh karena itu, diperlukan dukungan yang lebih besar dari berbagai pihak, termasuk pemerintah, sekolah, dan komunitas, untuk memastikan keberhasilan penerapan pembelajaran berdiferensiasi.
Pembelajaran Berdiferensiasi di SMAN 1 Jatiluhur
SMAN 1 Jatiluhur Purwakarta pada tahun 2023 telah menorehkan sejumlah prestasi membanggakan di bawah kepemimpinan Tanty Erlianingsih. Sekolah Penggerak ini berhasil meraih penghargaan di bidang literasi, yakni “Parasamya Suratma Nugraha 2023“, serta ditetapkan sebagai Sekolah Berintegritas di Jawa Barat. Selain itu, pada tahun 2023 pula, sejumlah guru SMAN 1 Jatiluhur juga meraih penghargaan individu. Hal ini menunjukkan bahwa sekolah tidak hanya fokus pada prestasi lembaga, tetapi juga memberikan perhatian yang besar pada pengembangan profesionalisme guru, sehingga berdampak pada kemampuan para gurunya dalam mengelola pembelajaran berdiferensiasi.
Untuk mewujudkan pembelajaran berdiferensiasi yang berpusat pada peserta didik dan relevan dengan dunia kerja, SMAN 1 Jatiluhur telah menerapkan beberapa strategi inovatif. Pertama, sekolah melakukan asesmen awal untuk menggali visi dan minat masing-masing peserta didik. Melalui diskusi kelas dan wawancara individu, sekolah berusaha memahami aspirasi peserta didik di masa depan. Hasil asesmen ini kemudian digunakan sebagai dasar untuk merancang kurikulum yang fleksibel dan pembelajaran yang disesuaikan dengan kebutuhan individu. Materi pelajaran yang dipilih pun relevan dengan minat peserta didik, serta dilengkapi dengan berbagai pilihan tugas dan proyek yang menantang dan menarik.
Kedua, sekolah mengintegrasikan keterampilan teknis ke dalam pembelajaran. Melalui kegiatan laboratorium, proyek, dan kunjungan industri, peserta didik tidak hanya menguasai teori, tetapi juga memperoleh pengalaman praktis yang relevan dengan dunia kerja.
Ketiga, SMAN 1 Jatiluhur menerapkan model pembelajaran yang fleksibel dengan mengelompokkan peserta didik berdasarkan minat dan kemampuan. Setiap kelompok diberikan materi dan tugas yang berbeda-beda, sehingga peserta didik dapat belajar dengan lebih efektif dan sesuai dengan ritme masing-masing.
“Dengan memberikan perhatian yang lebih individual, saya bisa memastikan bahwa setiap peserta didik merasa tertantang dan termotivasi untuk belajar. Misalnya, bagi peserta didik yang kesulitan dengan konsep gaya, saya akan memberikan contoh-contoh konkret dari kehidupan sehari-hari. Sebaliknya, bagi peserta didik yang sudah menguasai materi, saya akan mengajak mereka untuk melakukan penelitian kecil-kecilan,”ungkap Agung seorang guru fisika SMAN 1 Jatiluhur Purwakarta.
Kunci Sukses Pembelajaran Berdiferensiasi di SMAN 1 Jatiluhur
“Kami tidak hanya ingin peserta didik kami menguasai teori, tetapi juga siap untuk menghadapi dunia kerja yang dinamis. Oleh karena itu, kami mengintegrasikan pembelajaran teori dan praktik melalui berbagai proyek yang relevan. Ini adalah salah satu pilar utama dalam pembelajaran berdiferensiasi di sekolah kami,” ujar Tantry.
“Setiap peserta didik berhak mendapatkan pendidikan yang terbaik. Dengan menerapkan pembelajaran yang berdiferensiasi, kami memberikan kesempatan bagi peserta didik untuk belajar pada tingkat yang sesuai dengan kemampuan mereka dan mengeksplorasi minat mereka lebih dalam. Ini adalah langkah penting untuk menciptakan lingkungan belajar yang lebih inklusif dan efektif,” Tanty melanjutkan.
“Salah satu kunci keberhasilan pembelajaran berdiferensiasi di sekolah kami adalah pengelompokan peserta didik berdasarkan minat dan kemampuan,” jelas Agung. “Dengan cara ini, peserta didik bisa belajar bersama teman-teman yang memiliki minat yang sama dan mendapatkan tantangan yang sesuai dengan level kemampuannya. Ini membuat pembelajaran menjadi lebih efektif dan menyenangkan.”
“Dulu, saya sering kesulitan mengikuti pelajaran. Materinya terasa terlalu cepat dan saya sering ketinggalan. Tapi, sejak para guru menerapkan pembelajaran berdiferensiasi, saya jadi lebih mudah paham. Saya diberikan tugas yang sesuai dengan kemampuan saya, jadi saya bisa belajar dengan santai dan tidak merasa terbebani.” ujar Andi, peserta didik SMAN 1 Jatiluhur Purwakarta.
“Dengan pembelajaran berdiferensiasi, saya jadi lebih percaya diri untuk bertanya kalau ada yang tidak saya mengerti. Pa Agung selalu sabar menjelaskan sampai saya paham”
Sukabumi – Permasalahan bullying di kalangan remaja, khususnya di lingkungan sekolah, telah menjadi wabah yang serius dan mendesak untuk segera diatasi. SMAN 3 Sukabumi, seperti sekolah lainnya, tidak luput dari permasalahan ini. Fenomena bullying di sekolah ini seringkali dipicu oleh tradisi senioritas yang tidak sehat, di mana peserta didik kelas atas merasa berhak untuk mendominasi dan mengintimidasi adik kelas. Selain itu, faktor-faktor seperti dendam pribadi, keinginan untuk diakui dalam kelompok teman sebaya, dan pengaruh media sosial juga turut memperparah situasi.
Dampak dari bullying sangatlah luas dan merusak. Korban bullying seringkali mengalami trauma psikologis yang mendalam, kesulitan berkonsentrasi dalam belajar, hingga menarik diri dari lingkungan sosial. Bahkan, beberapa kasus ekstrem dapat berujung pada tindakan bunuh diri. Sementara itu, para pelaku bullying juga tidak luput dari dampak buruk, seperti kesulitan menjalin hubungan sosial dan berpotensi menjadi pelaku kekerasan di kemudian hari.
Untuk mengatasi masalah ini, diperlukan upaya yang komprehensif dari seluruh pihak. Sekolah perlu mengadakan program-program pencegahan bullying yang melibatkan seluruh warga sekolah yang dikoordinir TimPencegahandanPenangananKekerasan (TPPK) SMAN 3 Sukabumi.
Program mediasi peer-to-peer
TPPK SMAN 3 Sukabumi telah berperan aktif dalam upaya pencegahan dan penanganan bullying di lingkungan sekolah. Tim ini telah menjalankan beberapa program strategis, di antaranya pengumpulan data dari berbagai sumber, termasuk peserta didik kelas bawah dan atas. Informasi yang diperoleh kemudian digunakan sebagai dasar untuk merancang program-program intervensi yang tepat.
Salah satu program unggulan tim TPPK SMAN 3 Sukabumi adalah program mediasi peer-to-peer, di mana peserta didik yang telah dilatih menjadi mediator membantu menyelesaikan konflik antar peserta didik.
Tahap awal melibatkan pengumpulan data yang komprehensif melalui berbagai sumber, termasuk wawancara dengan peserta didik kelas bawah dan atas. Data yang diperoleh kemudian dianalisis secara mendalam untuk mengidentifikasi akar permasalahan dan pola-pola bullying yang terjadi.
Setelah memahami situasi secara menyeluruh, TPPK melakukan mediasi antara peserta didik yang terlibat dalam kasus bullying. Proses mediasi ini bertujuan untuk menciptakan dialog yang terbuka dan jujur, sehingga semua pihak dapat memahami perspektif masing-masing dan mencari solusi bersama. Selain itu, TPPK juga melakukan sosialisasi secara intensif kepada seluruh warga sekolah mengenai bahaya bullying, bentuk-bentuk bullying, serta pentingnya menciptakan lingkungan sekolah yang inklusif dan bebas dari kekerasan
Peer-To-Peer Ubah Iklim Sekolah
Bullying adalah masalah serius yang harus ditangani secara serius pula. Dengan kerjasama antara TPPK, peserta didik, dan orang tua, diharapkan masalah bullying di SMAN 3 Sukabumi dapat teratasi secara efektif. Setiap individu memiliki peran penting dalam menciptakan lingkungan sekolah yang bebas dari kekerasan dan diskriminasi.
Berkat upaya yang dilakukan, telah terjadi perubahan yang signifikan di SMAN 3 Sukabumi. Peserta didik mulai memahami bahwa bullying adalah perilaku yang tidak dapat dibenarkan dan memiliki dampak buruk bagi semua pihak. Selain itu, terciptanya suasana sekolah yang lebih aman dan nyaman membuat peserta didik lebih fokus pada kegiatan belajar-mengajar
Program mediasi sebaya (peer-to-peer) yang digagas oleh PPK telah menjadi salah satu inovasi paling sukses dalam upaya mengatasi bullying di SMAN 3 Sukabumi. Dengan memberdayakan peserta didik sebagai mediator, program ini tidak hanya berhasil menurunkan angka bullying secara signifikan, tetapi juga menciptakan lingkungan sekolah yang lebih positif dan inklusif.
Salah satu peserta didik, bernama Agus, mengungkapkan, “Saya merasa bangga bisa membantu teman-teman saya menyelesaikan masalah. Program ini mengajarkan saya banyak hal tentang pentingnya komunikasi dan empati.” Melalui program ini, peserta didik tidak hanya belajar untuk menyelesaikan konflik, tetapi juga tumbuh menjadi individu yang lebih bertanggung jawab dan peduli terhadap sesama.
Penulis: Pipih Saripah dan Enden Nursaidah Editor: Gc
Sukabumi-SMA Pesantren Terpadu Hayatan Thayyibah, sebuah lembaga pendidikan yang berkomitmen pada inovasi dan kolaborasi, telah berhasil mengembangkan sebuah aplikasi digital bernama SIHAT (Sistem Informasi Hayatan Thayyibah). Aplikasi ini dirancang untuk mengatasi berbagai tantangan dalam pengelolaan pendidikan di era digital, khususnya dalam hal administrasi pembelajaran dan komunikasi antara sekolah, peserta didik, dan orang tua.
Terinspirasi oleh semangat untuk meningkatkan efisiensi dan efektivitas proses pembelajaran, tim pengembang SIHAT yang terdiri dari wakil kepala sekolah dan guru IT, berkolaborasi untuk menciptakan solusi digital yang komprehensif. Aplikasi ini hadir sebagai jawaban atas permasalahan yang sering dihadapi oleh sekolah, seperti tumpukan administrasi fisik, kurangnya integrasi kegiatan pembelajaran, dan kurang optimalnya komunikasi antara sekolah dan orang tua.
Jembatan Koneksi antara Guru, Peserta Didik, dan Orang Tua
Salah satu fitur unggulan SIHAT adalah kemampuannya untuk mengintegrasikan berbagai aktivitas pembelajaran. Mulai dari perencanaan pembelajaran, pengisian nilai, hingga pemantauan kehadiran peserta didik, semuanya dapat dilakukan secara digital melalui aplikasi ini. Selain itu, SIHAT juga memungkinkan guru untuk berbagi materi ajar dengan peserta didik secara online, sehingga proses belajar mengajar menjadi lebih fleksibel dan menarik.
Tidak hanya memudahkan guru, SIHAT juga memberikan manfaat bagi peserta didik dan orang tua. Peserta didik dapat dengan mudah mengakses nilai, jadwal pelajaran, dan pengumuman sekolah melalui aplikasi ini. Sementara itu, orang tua dapat memantau perkembangan belajar anak secara real-time dan berkomunikasi dengan guru secara lebih efektif.
Dalam proses pengembangannya, tim pengembang SIHAT menghadapi berbagai tantangan, seperti adaptasi guru terhadap teknologi baru dan kebutuhan untuk terus memperbarui fitur-fitur aplikasi. Namun, dengan semangat kolaborasi dan inovasi, semua tantangan tersebut berhasil diatasi.
Inovasi Pendidikan yang Meningkatkan Kualitas Belajar
Dengan adanya SIHAT, SMA Pesantren Terpadu Hayatan Thayyibah telah berhasil mewujudkan visi sekolah untuk menjadi lembaga pendidikan yang berbasis teknologi. Aplikasi ini tidak hanya meningkatkan efisiensi pengelolaan sekolah, tetapi juga memperkaya pengalaman belajar peserta didik dan meningkatkan komunikasi antara semua stakeholder.
Keberhasilan pengembangan SIHAT menunjukkan bahwa teknologi informasi dapat menjadi alat yang sangat berguna dalam meningkatkan kualitas pendidikan. Sekolah-sekolah lain dapat belajar dari pengalaman SMA Pesantren Terpadu Hayatan Thayyibah dan mengembangkan solusi digital yang serupa untuk menjawab tantangan pendidikan di era modern.
Ke depannya, tim pengembang SIHAT akan terus melakukan perbaikan dan pengembangan pada aplikasi ini. Rencananya, SIHAT akan dilengkapi dengan fitur-fitur baru yang lebih canggih, seperti analisis data pembelajaran dan integrasi dengan platform pembelajaran online lainnya. Dengan demikian, SIHAT diharapkan dapat menjadi solusi komprehensif untuk meningkatkan kualitas pendidikan di SMA Pesantren Terpadu Hayatan Thayyibah.
Penulis: Taufik Rahman dan Endang Sutisna Editor: Gc
Bali, 29 September 2024 – Gateways Study Visit Indonesia (GSVI) 2024 yang mempertemukan Indonesia dengan 56 peserta dari 20 negara dan 9 organisasi internasional diharapkan menjadi momentum nasional untuk terus mendorong keberlanjutan transformasi pendidikan. Mengusung tema “Lebih dari Intervensi Teknologi: Menavigasi Transformasi Pendidikan Indonesia,” praktik baik Indonesia dalam mengembangkan ekosistem teknologi pendidikan di dalam payung kebijakan Merdeka Belajar menjadi materi diskusi oleh para peserta. Seperti diyakini oleh UNESCO dan UNICEF, kehadiran platform dan konten digital akan membuka akses lebih luas terhadap pembelajaran berkualitas di negara maju maupun berkembang.
Direktur Jenderal Pendidikan Anak Usia Dini, Pendidikan Dasar, dan Pendidikan Menengah, Kemendikbudristek, Iwan Syahril menyebutkan, “Dalam lima tahun terakhir, Indonesia telah mengembangkan berbagai platform dalam ekosistem pendidikan di bawah Kemendikbudristek, khususnya untuk mendukung pelaksanaan Merdeka Belajar. Terdapat sejumlah capaian yang menjadi perhatian, dan kami juga melakukan refleksi atas hal-hal yang perlu dioptimalkan. Maka itu, pada kesempatan ini, Indonesia akan membuka ruang diskusi bagi para peserta untuk mengkaji bagaimana praktik terbaik di Indonesia dapat diterapkan di negara mereka, dan sebaliknya, praktik terbaik di negara mereka bagaimana dapat diterapkan di Indonesia.”
Lebih lanjut, di Indonesia, transformasi pendidikan dilakukan melalui adopsi teknologi untuk pembelajaran, yang didukung dengan kebijakan untuk mendukung keberlanjutan prosesnya. Hal ini menjadikan Indonesia sebagai negara dengan ekosistem pendidikan terbesar keempat di tingkat dunia. Mencakup lebih dari 60 juta murid, lebih dari empat juta pendidik yang tersebar di lebih dari 400 ribu sekolah, kompleksitas dan cakupan transformasi ini menjadi salah satu materi yang ingin diketahui oleh para peserta delegasi.
“(Dalam Gateways Study Visit kali ini), kami akan mengunjungi Indonesia pada pekan pertama Oktober 2024 untuk mempertemukan perwakilan dari berbagai negara, sehingga mereka dapat melihat dan mempelajari apa yang dilakukan di Indonesia secara langsung,” kata Pimpinan Gateways UNESCO, Mark West, dalam webinar bertema “Unleashing Innovation: Embracing Digital Transformation in Education”, beberapa waktu.
Mark menjelaskan, kerja sama lintas batas ini bertujuan untuk membantu negara maju dan berkembang dalam mengembangkan platform pembelajaran digital yang terbuka bagi masyarakat umum. Atas dasar tersebut, UNESCO dan UNICEF menunjuk Indonesia sebagai tuan rumah Gateways Study Visit di Bali pada 1–3 Oktober 2024. Simposium internasional tersebut terkonfirmasi akan dihadiri oleh berbagai negara termasuk Finlandia, India, Inggris, Prancis, Tiongkok, dan Uni Emirat Arab.
“Kami sangat menantikan (transformasi pendidikan) apa yang terjadi di Indonesia. Kami tidak sabar untuk melihat (Gateways Study Visit) selanjutnya karena Indonesia merupakan salah satu yang terdepan dalam melakukan transformasi digital. Banyak hal yang dapat kami pelajari dari Indonesia,” kata Pimpinan Gateways dan Kepala Pusat Inovasi Pembelajaran Global UNICEF, Frank van Cappelle.
Guna mengakomodasi minat para peserta delegasi untuk mempelajari transformasi pendidikan di Indonesia, aneka sesi dalam Gateways Study Visit Indonesia 2024 akan didesain interaktif, termasuk melalui keberadaan ekshibisi, kunjungan ke sekolah setempat, dan lokakarya. Dengan demikian, para peserta Gateways diharapkan dapat mengaplikasikan temuan-temuan dari Indonesia untuk mendukung keberlanjutan transformasi pendidikan di negara masing-masing.
Sumber: Siaran Pers_Kementerian Pendidikan, Kebudayaan, Riset, dan Teknologi_ Nomor: 467/sipers/A6/IX/2024
Purwakarta – Membaca buku cerita sejak dini adalah investasi terbaik untuk masa depan anak. Kegiatan ini bukan hanya sekadar mengenal huruf dan kata, tetapi juga menjadi kunci untuk membuka potensi otak mereka. Saat membaca, otak anak akan bekerja keras, merangsang kemampuan berpikir kritis, menganalisis, dan membayangkan hal-hal baru. Perbendaharaan kata mereka pun akan semakin kaya dengan paparan berbagai kata dan kalimat yang sebelumnya belum pernah mereka kenal. Lebih dari itu, buku cerita juga menjadi jendela dunia yang memperkenalkan anak pada beragam budaya, nilai, dan perspektif yang berbeda.
Melalui membaca, anak akan mengembangkan keterampilan berbahasa yang baik, memahami struktur kalimat, tata bahasa, dan penggunaan bahasa yang tepat. Semua ini akan menjadi fondasi yang kuat untuk kesuksesan akademik mereka di masa depan. Sayangnya, minat baca anak usia dini, terutama di sekolah dasar, masih seringkali kurang mendapatkan perhatian.
Membaca Seru Bersama SDN 1 Cilandak Purwakarta
Membacakan buku cerita bersama anak adalah cara yang menyenangkan dan efektif untuk menumbuhkan minat baca mereka. Pilihlah buku dengan gambar-gambar yang menarik dan cerita yang mudah dipahami. Ciptakan suasana yang nyaman dan tenang saat membaca, misalnya dengan duduk bersama di sofa atau di bawah pohon.
SDN 1 Cilandak Purwakarta berkomitmen untuk menumbuhkan minat baca sejak dini pada anak didik. Sejalan dengan semangat Kurikulum Merdeka, sekolah berupaya menciptakan lingkungan belajar yang menyenangkan dan inspiratif. Salah satu upaya yang dilakukan adalah dengan rutin mengadakan kegiatan membaca bersama. Melalui kegiatan ini, diharapkan peserta didik tidak hanya memperoleh pengetahuan baru, tetapi juga mengembangkan berbagai keterampilan penting seperti berbahasa, berpikir kritis, dan imajinasi.
Kegiatan membaca bersama di SDN 1 Cilandak Purwakarta tidak hanya sebatas membacakan buku. Setelah sesi membaca, berbagai aktivitas menarik disiapkan untuk memantik minat dan kreativitas peserta didik. Misalnya, setelah membaca cerita tentang tumbuhan, peserta didik diajak untuk melakukan eksperimen sederhana dengan tanaman. Atau, setelah membaca cerita tentang tokoh sejarah, mereka juga dapat berdiskusi dan membuat presentasi singkat tentang tokoh tersebut. Dengan demikian, kegiatan membaca menjadi lebih bermakna dan tidak membosankan.
Saat membacakan cerita di SDN 1 Cilandak Purwakarta, guru tidak hanya sekadar menyampaikan kata-kata. Dengan intonasi yang bervariasi dan ekspresi yang hidup, guru mengajak anak-anak untuk menyelami dunia cerita. Setelah selesai, guru mengajak bermain peran atau menuliskan akhir cerita yang berbeda. Dengan kegiatan kreatif seperti ini, membaca menjadi pengalaman yang tak terlupakan dan memotivasi mereka untuk terus menjelajahi dunia buku.
Membaca bersama di SDN 1 Cilandak Purwakarta adalah momen yang sangat berharga. Setelah mendengarkan cerita, peserta didik bisa berdiskusi dalam kelompok kecil. Siapa karakter favoritmu? Apa pesan yang ingin disampaikan penulis? Dengan berbagi pendapat, peserta didik belajar untuk menghargai perbedaan dan bekerja sama. Selain itu, peserta didik juga bisa membuat komik bersama berdasarkan cerita yang telah dibaca. Kegiatan ini tidak hanya melatih kreativitas, tetapi juga kemampuan berkomunikasi.
Membangun Generasi Pembaca Melalui Kolaborasi Semua Pihak
Membaca bersama anak memang memiliki banyak manfaat, namun tentu saja ada tantangan yang perlu diatasi. Misalnya, tidak semua anak menyukai buku yang sama. Untuk mengatasi hal ini, libatkan anak dalam memilih buku bacaan agar mereka merasa lebih tertarik. Selain itu, perhatikan juga kemampuan membaca masing-masing anak. Jangan memaksakan anak untuk membaca buku yang terlalu sulit karena dapat membuatnya merasa frustasi. Jika ada kata-kata yang sulit, jelaskan dengan bahasa yang mudah dipahami.
Untuk menjaga fokus anak selama membaca, ciptakan lingkungan yang tenang dan gunakan teknik-teknik interaktif seperti bertanya atau meminta mereka untuk menebak kejadian selanjutnya. Jika anak merasa malu atau takut untuk berpartisipasi, dorong mereka dengan lembut dan berikan pujian atas usaha mereka.
Membaca bersama anak memang membutuhkan kesabaran dan konsistensi. Jadi, usahakan untuk meluangkan waktu khusus setiap hari untuk membaca bersama. Dengan demikian, minat baca anak akan tumbuh dengan sendirinya.
Untuk mewujudkan hal ini, sekolah, perpustakaan, orang tua, dan komunitas harus bekerja sama. Kita bisa menyelenggarakan berbagai kegiatan yang menarik, seperti lomba membaca, pameran buku, atau mengundang penulis untuk berbagi cerita. Dengan begitu, minat baca anak akan semakin tumbuh dan berkembang.
Bandung, – SDN 035 Soka Bandung memulai perjalanannya sebagai Sekolah Penggerak pada tahun ajaran 2023-2024 dengan pondasi yang sudah cukup kuat. Sebelum bergabung dalam Program Sekolah Penggerak (PSP), sekolah ini telah menerapkan metode pembelajaran berpihak pada siswa melalui Kurikulum 2013 dan pendekatan RADEC (Read, Answer, Discuss, Explain, Create). Pendekatan RADEC mendorong siswa untuk berpikir aktif dan berpartisipasi dalam pembelajaran dengan membaca, mengajukan pertanyaan, berdiskusi, dan menerapkan konsep melalui kreativitas.
Tantangan dan Peluang dalam Implementasi PSP di SDN 035 Soka
Salah satu tantangan terbesar yang dihadapi dalam mengimplementasikan PSP adalah mengubah pola pikir para guru yang terbiasa dengan metode tradisional. Kepala Sekolah Agus Supriadi mengakui bahwa beberapa guru merasa enggan beradaptasi dengan perubahan. Selain tantangan internal, Agus Supriadi juga harus menjelaskan kepada orang tua siswa bahwa pembelajaran tidak lagi berfokus pada prestasi akademik, melainkan pada pengembangan karakter dan keterampilan berpikir kritis. Hal ini menimbulkan kebingungan di kalangan orang tua yang masih berharap pada pendekatan tradisional yang berorientasi pada nilai dan ranking.
Selain itu, tantangan infrastruktur juga menjadi kendala. Dengan jumlah siswa mencapai 1.080 yang terbagi dalam 36 kelas, sekolah hanya memiliki 24 ruang kelas, menyebabkan pembelajaran harus dibagi menjadi dua sesi. Di sisi teknologi, meskipun internet tersedia, banyak guru masih belum nyaman dengan penggunaan perangkat digital dalam pembelajaran, meskipun sekolah telah mencoba menerapkan teknologi seperti absen digital dan asesmen berbasis teknologi.
Pembelajaran berdiferensiasi di SDN 035 Soka juga menjadi tantangan tersendiri. Para guru mengalami kesulitan dalam menyusun modul ajar yang secara explisit mengakomodasi kebutuhan siswa yang beragam. Platform Merdeka Mengajar (PMM) memberikan prinsip-prinsip diferensiasi, tetapi belum memberikan panduan yang jelas dan spesifik mengenai penerapan modul ajar untuk kelas yang heterogen.
Untuk mengatasi perubahan mindset guru, Agus Supriadi menggunakan pendekatan personal. Ia sering berbicara secara informal dengan guru untuk memahami kesulitan yang dihadapi. Selain itu, sekolah menyelenggarakan In-House Training (IHT) dan membangun Komunitas Belajar (Kombel) yang disebut Soka Learning Community. Kombel ini melibatkan diskusi dan pelatihan yang membantu guru memahami konsep pembelajaran berdiferensiasi, asesmen diagnostik, dan evaluasi berbasis kinerja siswa. Tidak hanya bersifat internal, Kombel juga menyelenggarakan webinar eksternal dengan peserta dari berbagai daerah.
Untuk mengatasi keterbatasan infrastruktur, SDN 035 Soka memaksimalkan penggunaan teknologi dengan menggabungkan pembelajaran berbasis digital dan budaya lokal. Dengan slogan “Sinergitas Budaya Lokal dan Digital,” sekolah ini menggunakan perangkat twin mirror untuk menampilkan materi pembelajaran digital yang menarik, seperti video tentang gerakan anti-narkoba dan anti-bullying.
Lady Kokom: Kolaborasi Guru dalam Menguasai Pembelajaran Berdiferensiasi
SDN 035 Soka menerapkan pendekatan lesson study melalui program “Lady Kokom (Lesson Study Kolaborasi Kelompok Belajar)” untuk menghadapi tantangan pembelajaran berdiferensiasi. Guru-guru dibagi dalam tiga grup sesuai dengan fasenya dan menjalani tiga tahapan Plan(penyusunan modul ajar diferensiasi), Do (implementasi di kelas), dan See (refleksi pasca-pengajaran). Setiap tahap melibatkan kolaborasi antara guru model dan guru observer untuk mencari solusi atas tantangan yang dihadapi dalam pembelajaran diferensiasi.
Tahap Plan melibatkan penyusunan modul ajar berdiferensiasi. Modul yang dikembangkan berfokus pada strategi konkret untuk menangani perbedaan kemampuan siswa di kelas. Pada Tahap Do, setelah modul disusun, guru model menerapkannya di kelas. Proses pembelajaran diobservasi melalui live streaming di YouTube untuk menjaga naturalitas pengajaran di kelas. Guru observer berkumpul untuk menyaksikan pembelajaran sambil mencatat, sehingga guru model tetap bisa mengajar tanpa merasa terganggu dengan kehadiran observer di kelas. Pada tahap See, setelah pengajaran selesai, dilakukan refleksi langsung pada hari itu juga. Setiap guru model di tiap fase diobservasi dan didiskusikan mengenai keberhasilan dan tantangan yang dihadapi dalam menerapkan pembelajaran berdiferensiasi. Proses refleksi ini melibatkan diskusi mendalam di antara para guru untuk menemukan solusi bersama.
Lesson Study Efektif: Kunci Sukses SDN 035 Soka
Setelah setahun menerapkan Program Sekolah Penggerak, SDN 035 Soka melihat perubahan signifikan. Para guru semakin termotivasi untuk berinovasi dan menghasilkan praktik baik dalam pengajaran. Mayoritas guru sudah mampu beradaptasi dengan perubahan, meskipun beberapa masih merasa minder dalam penggunaan teknologi. Bagi guru yang kurang mahir dalam teknologi, sekolah memberikan kesempatan untuk berkontribusi sesuai kemampuan mereka, seperti membantu dalam penyusunan modul ajar tanpa harus terlibat langsung dalam aspek teknis.
Program “Lady Kokom” mendapatkan pengakuan positif karena kolaborasi dan refleksi yang efektif antar-guru. Kegiatan ini mendapat apresiasi karena berhasil mengatasi tantangan pembelajaran berdiferensiasi dengan pendekatan inovatif.
Perubahan ini juga terasa bagi siswa, di mana pembelajaran di SDN 035 Soka menjadi lebih menyenangkan dan kreatif. Siswa belajar dengan cara yang lebih santai, seperti berbaring di karpet sambil membaca atau berdiskusi dengan teman. Orang tua mulai memahami bahwa pembelajaran tidak lagi berfokus pada ujian atau ranking, melainkan pada pengembangan kompetensi siswa secara holistik. Asesmen di sekolah ini lebih menekankan pada evaluasi formatif yang berkelanjutan melalui penugasan dan proyek.
Secara keseluruhan, perjalanan SDN 035 Soka sebagai Sekolah Penggerak penuh tantangan, namun dampak positif terasa signifikan bagi guru, siswa, dan orang tua. Sekolah ini berhasil menjadi contoh bagi banyak sekolah di Kota Bandung dalam membangun budaya belajar yang menyenangkan dan memberdayakan.